KOMPAS.com - Wisatawan yang dulu pernah berkunjung ke Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bisa jadi pernah merogohkan tangannya ke dalam stupa yang berisi patung Buddha.
Ternyata, aktivitas tersebut bisa menyebabkan kerusakan pada struktur batuan stupa Candi Borobudur.
Kompas.com (27/12/2022) memberitakan, Kepala Unit PT Taman Wisata Candi Borobudur saat itu Pujo Suwarno mengatakan, merogoh stupa berisiko menyebabkan kerusakan pada batuan candi, khususnya pada bagian dalam stupa yang melindungi arca.
Baca juga: Arupadhatu, Bagian Atas Candi Borobudur yang Dikunjungi Prabowo dan Macron
Pujo menjelaskan bahwa ketika tangan atau kaki wisatawan menyentuh batuan dalam kondisi berkeringat (terutama saat cuaca panas), keringat yang menempel membawa kandungan garam yang bisa menyebabkan batu menjadi lapuk.
Hal ini tentu sangat membahayakan kelestarian struktur candi yang sudah berusia lebih dari 1.200 tahun sejak dibangun pada abad ke-8.
Sayangnya, perilaku merogoh stupa ini kerap kali didorong oleh mitos seputar arca Kunto Bimo.
Menurut akun Instagram resmi @konservasiborobudur (8/12/2022), mitos ini justru menjadi tantangan dalam upaya pelestarian candi. Banyak pengunjung percaya bahwa menyentuh jari manis atau tumit arca dalam stupa akan mendatangkan keberuntungan.
Namun, klaim tersebut dibantah oleh para arkeolog. Soekmono, seorang arkeolog Indonesia yang pernah memimpin pemugaran Candi Borobudur, mengungkap bahwa mitos Kunto Bimo sama sekali tidak berakar dari ajaran agama Buddha.
View this post on Instagram
Ia menjelaskan bahwa mitos ini kemungkinan besar diciptakan oleh oknum petugas candi pada era 1950-an sebagai cara untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Arkeolog Belanda, August Johan Bernet Kempers, dalam bukunya Ageless Borobudur, juga mengkritisi fenomena ini.
Ia menyatakan bahwa alasan kenapa bagian tubuh tertentu dari arca (seperti jari manis atau tumit) harus disentuh, tidak diketahui secara pasti.
Baca juga: Kesan Macron Saat Kunjungi Candi Borobudur: Titik Temu Peradaban Antarbangsa
Besar kemungkinan hal ini hanyalah bagian dari strategi agar tak semua orang bisa melakukannya dengan mudah, sehingga menciptakan kesan mistis dan eksklusif.
Lebih dari sekadar menjaga kelestarian fisik, tindakan tidak menyentuh arca juga merupakan bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai sakral.
Stupa dan arca di Borobudur bukan sekadar objek wisata, melainkan bagian dari tempat ibadah umat Buddha.
Maka dari itu, sebagai bentuk toleransi antarumat beragama, sudah sepatutnya pengunjung menjaga sikap dan tidak menyentuh bagian-bagian sakral candi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.