KOMPAS.com - Bendungan yang dibangun pada masa Uni Soviet, Nova Kakhovka, jebol pada Selasa (6/6/2023). Akibatnya, wilayah di sekitar bendungan mengalami banjir, termasuk zona perang.
Bendungan di wilayah Kherson, Selatan Ukraina, itu sebelumnya sempat dikuasai Rusia. Ukraina dan Rusia saling tuding soal pihak yang bertanggung jawab atas jebolnya bendungan.
Di tengah konflik dan bencana tersebut, beredar video yang diklaim sebagai momen jebolnya bendungan. Bagaimana kebenarannya?
Rekaman ledakan bendungan yang beredar memang betul terjadi di Nova Kakhovka.
Contohnya video ledakan bendungan yang diunggah oleh akun Facebook ini dan ini pada Selasa (6/6/2023).
Padahal, ledakan yang terekam dalam video berbeda dengan insiden jebolnya bendungan.
Rekaman ledakan dirilis media Rusia pada 12 November 2022. Sejumlah media, seperti Reuters dan NBC News merujuk rekaman CCTV tersebut.
#UkraineRussiaWar #Ukraine #Russia #UkraineWar
— ????? War in Ukraine ???? (@EUFreeCitizen) November 12, 2022
???? RV journalists confirmed the blowing up of the bridge across the #Kakhovskaya hydroelectric power station. This is first photo of the bridge this morning. The 3 bridge crossing the #Dnieper have now been destroyed by the russians pic.twitter.com/DE6m3wT8yr
Setelah ledakan, Maxar menangkap citra satelit bendungan pada 11 November 2022, pukul 10.25 waktu setempat.
Tampak kerusakan yang cukup parah. Sebagian bendungan dan pintu air hancur.
New #satellite images (November 11, 2022, 10:25am local time) show significant damage to the Nova Kakhovka dam, near #Kherson, #Ukraine, with sections of the dam and sluice gates destroyed. https://t.co/msSBBI6h7h pic.twitter.com/yYkXOM1SIf
— Maxar Technologies (@Maxar) November 11, 2022
Dilansir The Guardian, sejak dimulainya perang antara Rusia dan Ukraina, bendungan Nova Kakhovka telah ditetapkan sebagai target potensial bagi kepentingan strategis masing-masing negara.
Bendungan Nova Kakhovka memiliki reservoir air sampai 18 kilometer kubik air. Bendungan itu mampu memasok kebutuhan air di sepanjang semenanjung Krimea sampai ke Selatan.
Selain itu, air dari bendungan juga dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan aneksasi pembangkit nuklir Zaporizhzhia.
Bendungan tersebut telah direbut Rusia sejak awal invasi, yakni Februari 2022.
Kemudian pada Oktober di tahun yang sama, pihak Ukraina mendesak barat untuk memperingatkan Rusia agar tidak meledakkan bendungan.
Ukraina mengeklaim bahwa Rusia telah menanam bahan peledak dalam bendungan.