Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Guru Rahayu, Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus dengan Segala Keterbatasan

KOMPAS.com - Bekerja sebagai guru adalah pekerjaan yang tidak mudah untuk dijalani dan penuh dengan tantangan yang harus dihadapi. Inilah yang dihadapi oleh Rahayu Sulistyani saat mengajar di sekolah inklusi di SD Bosowa Bina Insani, Bogor.

Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus yang akan didik bersama dalam satu kelas.

Rahayu bercerita bahwa awalnya SD Bina Insani adalah sekolah umum, namun pada tahun 2019, diubah menjadi sekolah inklusi.

Perubahan itu, membuat semua guru di SD Bina Insani, termasuk Rahayu harus kembali beradaptasi dan mencari metode pembelajaran yang pas untuk bisa membuat anak kebutuhan khusus yang masuk bisa memiliki perkembangan optimal.

"Tantangan selama mengajar ini yang saya rasakan diantaranya adalah ketika kita memiliki murid yang spesial," kata Rahayu saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (25/11/2024).

Rahayu mengatakan, saat mengajar anak kebutuhan khusus ia benar-benar harus bisa memahami hambatan yang membuat anak tersebut kesulitan dalam belajar.

Kemudian saat sudah mengetahui hambatannya, perempuan yang akrab disapa Ayu ini bisa membantu proses belajar siswa tersebut.

"Jadi salah satunya disitu yang benar-benar saya belajar banget tentang bagaimana untuk membantu siswa-siswa kita yang memiliki hambatan dalam belajar," ujarnya.

Agar bisa mengajar siswa kebutuhan khusus, Ayu mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh pihak sekolah dan seminar di luar sekolah terkait pendidikan anak inklusi.

Ayu juga mendapat banyak pelajaran mengenai cara menangani anak kebutuhan khusus saat menempuh pendidikan S2 di University of The People, Amerika Serikat.

"Di program magister saya juga ternyata itu banyak matahulia yang berhubungan dengan inklusi gitu. Makanya wah Masya Allah ternyata ini nyambung sekali nih mata kuliah ini dengan keadaan di lapangan. Jadi banyak belajar dari situ sih," tuturnya.

Meski sudah ikut pelajaran mengajar anak kebutuhan khusus, Ayu tetap merasakan banyak tantangan ketika mendidik siswa anak kebutuhan khusus.

Mulai dari berupaya membuat anak menjadi lebih fokus saat belajar atau bahkan pendidik dan memberikan pengertian pada anak lain bahwa ada siswa berkebutuhan khusus yang harus dijaga dan dibantu.

Hal itu, kata Ayu, dilakukan untuk membuat anak kebutuhan khusus bisa berkembang dengan baik serta mencegah terjadinya perundungan atau bullying.

"Kadang kita memang perhatian kita jadinya memang jadi ke anak ini (ana kebutuhan khusus)," ungkapnya.

"Tapi dengan kasih pengertian gitu ya dan untuk mencegah adanya bullying atau verbal. Jadi ya dikata-katain istilahnya kayak gitu. Dikasih pengertian ya Alhamdulillah akhirnya teman-temannya pun akhirnya jadi menjaga si anak ini (kebutuhan khusus)," tambah dia.

Terus berinovasi 

Dalam memahami dan mengajar anak kebutuhan khusus, Ayu juga berupaya membuat inovasi agar pelajarannya bisa lebih mudah diserap para siswa. Antara lain dengan menggunakan semua media yang disediakan oleh sekolah namun dengan menggunakan pendekatan yang menyenangkan agar siswa tertarik belajar.

Selain itu, Ayu juga melakukan inovasi dengan mengadakan pertukaran kelas atau exchange class untuk membuat siswa menjadi lebih berkembang utamanya dalam penggunaan bahasa Inggris.

"Karena sebelumnya tidak ada program exchange class, jadi dalam pembelajaran itu salah satunya sangat bagus dilakukan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Jadi itu in line dengan pembelajaran bahasa Inggris dimana salah satu tujuan dalam pembelajaran bahasa Inggris kan kemampuan untuk berkomunikasi," kata Ayu.

Bagi anak kebutuhan khusus, Ayu juga menyesuaikan pelajaran dengan kondisi yang memang dibutuhkan untuk berkembang.

Sehingga nantinya semua anak bisa mencapai kompetensi sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

"Misalnya dia kayak megang pensil belum bisa nih, belum benar, nulisnya juga masih kaku. Berarti saya enggak kasih dia untuk nulis huruf dulu tapi lebih banyak ke latihan motorik tangannya dulu," ucapnya.

Walaupun banyak tantangan dan merasa lelah, Ayu tetap semangat mengajar siswanya termasuk yang berkebutuhan khusus.

Melihat anak senang berangkat ke sekolah dan senang saat bertemu teman-temannya menjadi poin yang membuat Ayu sangat bahagia menjadi guru.

"Jadi dengan siswa-siswa senang ketemu guru, ketemu teman, ketemu sekolah itu yang salah satunya tetap mempertahankan istilahnya saya untuk menjadi guru," imbuhnya.

Berbagi praktek baik

Selain mengajar, Ayu juga berupaya meningkatkan kemampuannya dalam mengajar salah satunya dengan mengikuti program pertukaran guru ke Korea Selatan atau Indonesia-Korea Teacher Exchange 2023.

Ayu mendapat informasi seputar program Indonesia-Korea Teacher Exchange ini dari kepala sekolah, meski awalnya ragu, Ayu akhirnya memutuskan untuk ikut seleksi program tersebut.

Demi ikut program ini Ayu juga menyiapkan berbagai macam dokumen termasuk dokumen yang menyatakan alasan ingin ikut program tersebut.

Kemudian seleksi performance mengajar, kemampuan bahasa Inggris, wawancara dan, tes psikologi.

Hingga akhirnya Ayu berhasil menjadi salah satu dari delapan peserta yang lolos seleksi Indonesia-Korea Teacher Exchange 2023.

"Setelah terpilih itu kami ditempatkan di sekolah-sekolah Korea berpasangan jadi satu sekolah itu dua guru untuk mengajarkan tentang Indonesia, Indonesia culture class," ujarnya.

Saat mengajar di sana, Ayu memberikan pengetahuan seputar lokasi Indonesia dan beberapa kebudayaan Indonesia di sekolah setiap hari Senin hingga Jumat untuk siswa SD.

"Masya Allah ternyata sekolah-sekolah di Korea itu sangat curious dengan budaya Indonesia, jadi kita diundang ke sekolah-sekolah itu sampai delapan sekolah dan kita mengadakan kelas Indonesia," tuturnya.

"Jadi kita memberikan informasi-informasi karena kebanyakan mereka tidak tahu Indonesia," tambah dia.

Setelah ikut program tersebut, Ayu juga berbagi praktek baik seputar pengalamannya mengajar di sekolah Korea Selatan.

Baik secara langsung ataupun lewat berbagai macam webinar sebagai program kelanjutan Indonesia-Korea Teacher Exchange 2023.

Walaupun hanya postprogram Ayu ingin tetap berbagi praktek baik yang ia lakukan pada semua guru di seluruh Indonesia dan luar negeri.

Ia pun mengajak semua guru untuk ikut berbagi praktik baik yang dilakukan walau hanya bagian kecil seperti apa yang sudah dilakukan di dalam kelas.

"Praktek baik itu tidak harus melalui event-event yang besar ya Pak jadi menurut saya ketika guru itu memiliki praktek baik di kelas itu bisa disebarkan kepada teman-teman guru yang lain bisa dengan sharing kita biasanya ada dengan teman-teman guru kadang suka ada diskusi," ucapnya.

"Cara sederhana itu saja sepertinya sudah berbagi praktek baik kemudian bisa juga dengan kalau sekarang kan mudah ya lewat media sosial ya bisa dengan misalnya di Instagram atau di TikTok atau bahkan kalau yang resmi kan ada di PMM (Platform Merdeka Mengajar)," tutup Ayu.

https://www.kompas.com/edu/read/2024/11/26/170056071/cerita-guru-rahayu-mengajar-anak-berkebutuhan-khusus-dengan-segala

Bagikan artikel ini melalui
Oke