JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar, Ferdiansyah menanggapi polemik kebijakan kembalinya penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat SMA.
Ia menilai kebijakan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa penting untuk mengakomodir minat dan bakat para siswa saat merencanakan masuk kuliah ke perguruan tinggi.
"Kalau anak IPA, sebenarnya ini bukan harga mutlak ya, sebaiknya jurusan IPA. Kalau ada IPS, jurusan IPS," kata Ferdiansyah saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/4/2025).
Ferdiansyah mengatakan, para siswa sebaiknya mengambil jurusan yang linier dengan rencana perkuliahan. Hal itu mencegah adanya putus kuliah karena stres belajar.
"Bagi akan yang berpindah-pindah jurusan ketika mau masuk kuliah, ini bukan harga mati. yang mau IPA atau IPS, kan ada tes tambahan. Ini saya berpikir (penjurusan perlu) agar tak ada putus kuliah, nanti harus ada psikotes," katanya.
Baca juga: Penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa Dinilai Punya Dampak Negatif Sosiologis
Ketika para siswa memilih jurusan di SMA, nantinya akan menentukan program studi ketika kuliah. Hal itu nantinya akan disesuaikan dengan minat, bakat, dan kemampuan para siswa.
"Manfaat penjurusan ini adalah sangat penting agar peserta didik dalam memilih kuliah sesuai minat dan bakat. Juga untuk membantu siswa melanjutkan perguruan tinggi. Namanya anak-anak SMA yang usianya masih 17 tahun, masih anak muda yang perlu bimbingan dan wawasan, bisa jadi salah program kalau tak dibimbing," tambah Ferdiansyah.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) akan kembali mengadakan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Padahal penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa sudah dihapuskan pada era Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) 2019-2024 Nadiem Makarim.
Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi) kala itu, Anindito Aditomo menjelaskan, penghapusan itu sengaja dilakukan.
Sebab selama ini penjurusan seperti itu cenderung mencerminkan asal ketidakadilan karena rata-rata orangtua akan memilih memasukkan anaknya ke jurusan IPA. Selama ini, penjurusan seperti itu cenderung mencerminkan asal ketidakadilan karena rata-rata orangtua akan memilih memasukkan anaknya ke jurusan IPA.
"Salah satunya itu (karena orangtua rata-rata memilihkan anaknya masuk IPA). Kalau kita jurusan IPA kita bisa memilih jurusan lain," kata Anindito ketika berbincang dengan Kompas.com, Senin (15/7/2024).
Baca juga: Perhimpunan Guru: Penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa Sudah Tidak Relevan
Menurut Anindito, orangtua bersikap seperti itu karena hanya mencoba berpikir rasional dengan meminta anaknya masuk IPA agar banyak pilihan program studi (prodi) yang bisa dipilih saat masuk perguruan tinggi.
Selain itu, karena banyak dari jurusan IPA yang mengambil prodi yang biasa didaftarkan siswa jurusan IPS dan bahasa, membuat kuota siswa jurusan IPS dan bahasa semakin menipis. Oleh sebab itu, kata Anindito jurusan tersebut dihapuskan dan digantikan dengan sistem pemilihan pelajaran sesuai minat siswa.
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memiliki alasan tersendiri untuk kembali menghidupkan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA.