Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riady Foundation Dorong Pendidikan STEM dari SD hingga AI di Kampus

Kompas.com - 08/06/2025, 16:47 WIB
Yovie Given Nata Widjaja,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Keprihatinan terhadap menurunnya minat generasi muda Indonesia pada bidang sains dan teknologi mendorong Riady Foundation untuk mengambil langkah strategis.

Yayasan yang dirintis oleh Mochtar Riady dan diketuai oleh Stephanie Riady ini secara resmi meluncurkan program nasional bertajuk "STEM Indonesia Cerdas" dengan komitmen pendanaan sebesar Rp 500 miliar.

Direktur Eksekutif Riady Foundation Stephanie Riady melihat tren yang mengkhawatirkan di dunia pendidikan Indonesia. Minat generasi muda terhadap sains dan teknologi justru menurun ketika dunia tengah bergerak menuju era kecerdasan buatan.

"Kami melihat minat untuk program-program sains teknologi itu menurun dari kacamata universitas. Apalagi kalau kita melihat skor dari Programme for International Student Assessment (PISA), skor PISA sains kita di Indonesia itu menurun," ungkap Stephanie ketika berkunjung ke Menara Kompas, Rabu (4/6/2025).

Berdasarkan data PISA 2022 sendiri, literasi sains Indonesia memang masih berada di posisi 71 dari 80 negara. Situasi ini semakin mengkhawatirkan mengingat kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada kekuatan teknologi dan sumber daya manusia yang menguasainya.

Baca juga: Wamendikdasmen Soroti Penggunaan Gadget pada Anak Usia Dini, Berisiko Brain Rot

Membangun fondasi dari akar rumput

Program ambisius ini lahir dari sinergi lima kementerian, yaitu Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Kementerian Kebudayaan, Kementerian Agama, serta Kementerian Komunikasi dan Digital.

Lebih dari 500 satuan pendidikan dari Sabang hingga Merauke turut bergabung dalam gerakan yang menargetkan 10 juta siswa dan 500 ribu guru selama lima tahun ke depan.

Strategi Riady Foundation dimulai dari akar rumput. Melalui Pelita Harapan Group yang mengelola 58 sekolah tersebar di seluruh Indonesia, serta Papua hingga Nias, yayasan ini memahami betul di mana letak permasalahan sebenarnya.

"Orang menjadi tertarik tapi fondasinya kan udah telat. Misalnya tertariknya saat di kelas 11-12, tapi dasar sainsnya enggak kuat itu mereka jadi tereliminasi," jelas Stephanie.

Karena itu, salah satu inisiatif utama Riady Foundation adalah memperkuat pendidikan STEM sejak jenjang sekolah dasar, lalu terus dirawat dan dikembangkan hingga jenjang SMP dan SMA.

Kecintaan terhadap sains dan teknologi perlu ditanamkan sedini mungkin agar tidak terlambat tumbuh. Sehingga siswa memiliki waktu dan peluang yang cukup untuk mempersiapkan diri mengejar cita-cita di bidang STEM, termasuk kecerdasan buatan (AI).

Mengubah paradigma tentang STEM

Direktur Eksekutif Riady Foundation sekaligus Anggota Tim Penasihat Ahli Kementerian Pendidikan Dasar Menengah (Kemendikdasmen) Stephanie Riady saat mengunjungi Menara Kompas, Palmerah Selatan, Jakarta Barat, Rabu (04/06/25).KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES Direktur Eksekutif Riady Foundation sekaligus Anggota Tim Penasihat Ahli Kementerian Pendidikan Dasar Menengah (Kemendikdasmen) Stephanie Riady saat mengunjungi Menara Kompas, Palmerah Selatan, Jakarta Barat, Rabu (04/06/25).

Salah satu tantangan terbesar dalam mendorong minat generasi muda terhadap bidang STEM adalah paradigma bahwa sains dan teknologi merupakan bidang yang rumit dan sulit diakses.

Stephanie menekankan pentingnya mengubah cara pandang ini supaya Indoensia tidak tertinggal dalam kemajuan teknologi dan pembangunan masyarakatnya.

“Kalau secara saintek kita nyangkut, stuck, ya itu masalah besar. Jadi kita mau membangun rasa ingin tahu, rasa cinta terhadap STEM sejak dini,” jelasnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau