KOMPAS.com - Tak semua lulusan perguruan tinggi puas dengan jurusan pilihannya.
Bukan karena salah pilih jurusan, ada banyak alasan mengapa para mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi menyesali jurusan kuliah yang dipilih.
Apa alasannya? Jawabannya terangkum dari hasil survei ZipRecruiter tahun 2023.
Namun sebelum tahu itu, jika kamu adalah siswa kelas 12 maka kamu harus tahu dulu mengapa memilih jurusan kuliah itu penting.
Pertama, masa kuliah itu panjang. Rata-rata memakan waktu antara 3-4 tahun. Bila kamu memilih jurusan kuliah tak sesuai minat dan bakat, kamu bisa stres dan membuat masa kuliahmu makin panjang.
Baca juga: Intip 5 Jurusan Kuliah Paling Santai
Kedua, kamu perlu mencari beberapa informasi sebelum memilih suatu jurusan kuliah. Misalnya prospek kerja jurusan kuliah yang akan kamu pilih.
Hasil dari survei ZipRecruiter ini berkaitan pada poin kedua. Rata-rata responden mengaku menyesali jurusan kuliah pilihannya karena faktor gaji yang diterima saat lulusan jurusan tersebut sudah bekerja.
Jurusan paling disesali lulusannya ini merupakan hasil survei dari ZipRecruiter terhadap 1.500 lulusan perguruan tinggi yang sedang mencari kerja.
Survei tersebut menunjukan jurusan yang paling banyak disesali lulusannya adalah Jurnalisme, Sosiologi, Komunikasi dan Pendidikan.
Baca juga: Kisah Ulin, Mahasiswa UGM Gagal 3 Kali Raih Beasiswa Kini Lolos MEXT
Sebanyak 44 persen dari semua pencari kerja saat ini dengan gelar sarjana menyesali pilihan utama perguruan tinggi mereka.
Menurut survei ZipRecruiter, lulusan paling bahagia adalah mereka yang mengambil Jurusan Ilmu Komputer dan Informasi, dan mereka yang mengambil Jurusan Kriminologi.
Pada kedua kelompok, 72 persen akan memilih jurusan yang sama lagi jika mereka harus melakukannya lagi.
Jurusan lain yang cenderung disesali oleh lulusan adalah bidang kuantitatif. Seperti Jurusan Teknik, Perawatan Kesehatan, Bisnis, dan Keuangan.
Menariknya, delapan dari 10 jurusan paling disesali ini mayoritas adalah jurusan IPS. Berikut 10 jurusan paling disesali lulusannya.
1. Jurnalisme (87 persen).