PARIS, KOMPAS.com – Pemerintah Perancis menuding Rusia berada di balik serangkaian serangan siber yang menargetkan sejumlah lembaga penting di negaranya.
Serangan-serangan itu termasuk menyasar organisasi yang terlibat penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024, serta kampanye pemilihan Presiden Emmanuel Macron pada 2017.
Tuduhan tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Noël Barrot, dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada Selasa (29/4/2025). Ia mendesak Rusia segera menghentikan aktivitas siber berbahaya tersebut.
Tuduhan terhadap APT28, cabang intelijen GRU
Sebagaimana diberitakan AFP pada Rabu (30/4/2025), Barrot menuding serangan dilakukan oleh APT28, kelompok peretas yang merupakan bagian dari badan intelijen militer Rusia, GRU.
Kelompok ini juga dikenal dengan nama Fancy Bear dan sebelumnya telah dikaitkan dengan sejumlah serangan global, termasuk pembocoran surel milik Hillary Clinton saat pemilu AS 2016.
Menurut Kementerian Luar Negeri Perancis, sejak 2021 APT28 telah menargetkan belasan entitas Perancis dari sektor pertahanan, keuangan, dan ekonomi.
“Mereka menargetkan belasan entitas layanan publik, perusahaan, serta organisasi olahraga yang terkait dengan Olimpiade dan Paralimpiade,” ujar Barrot dalam sesi debat DK PBB mengenai Ukraina.
Ia menambahkan, “Kami mengecam serangan siber ini dengan cara yang paling keras.”
Perancis dan Rusia merupakan dua dari lima anggota tetap Dewan Keamanan.
Serangan siber saat pilpres Macron 2017
Serangan APT28 disebut-sebut telah menyasar pencalonan Emmanuel Macron pada pilpres Perancis 2017. Ribuan dokumen dicuri dan disebarluaskan secara daring, hanya 24 jam sebelum pemungutan suara putaran kedua.
“Di tengah pemilihan presiden, APT28 berpartisipasi dalam operasi peretasan besar-besaran yang bertujuan menyebarkan keraguan dan memengaruhi opini publik,” ungkap Kemenlu Perancis dalam sebuah video yang diunggah oleh Barrot melalui platform X.
Meski begitu, upaya tersebut gagal memengaruhi hasil akhir. Macron tetap menang telak melawan kandidat sayap kanan Marine Le Pen.
Pihak Perancis juga menyoroti bahwa media menjadi salah satu target utama kelompok peretas. Salah satu serangan signifikan terjadi pada 2015, ketika TV5Monde diretas oleh APT28 yang menyamar sebagai militan ISIS.
“Tujuannya untuk memanipulasi opini publik dan menciptakan kepanikan di Perancis,” sebut Kemenlu Perancis.
Upaya Rusia tekan infrastruktur Ukraina
Video Kemenlu juga menyoroti bahwa Ukraina menjadi sasaran prioritas Fancy Bear sejak invasi Rusia pada Februari 2022.
“APT28 digunakan untuk memberikan tekanan terus-menerus terhadap infrastruktur Ukraina dalam konteks perang agresi Rusia,” sebut pernyataan tersebut.
Serangan siber juga menjadi perhatian negara-negara NATO. Pada September 2024, sejumlah badan intelijen Eropa, termasuk dari Jerman, memperingatkan adanya serangan siber oleh Fancy Bear terhadap anggota aliansi tersebut.
Polandia, sebagai sekutu utama Ukraina, bahkan menyampaikan kekhawatiran bahwa Rusia akan mencoba mengganggu jalannya pemilihan presiden pada 18 Mei mendatang melalui serangan digital dan disinformasi.
Perancis dan Polandia pererat kerja sama
Sebagai respons terhadap ancaman ini, Perancis dan Polandia berencana menandatangani perjanjian persahabatan pada 9 Mei 2025.
Tanggal tersebut bertepatan dengan parade besar di Moskwa yang dipimpin Presiden Vladimir Putin untuk memperingati kemenangan Uni Soviet dalam Perang Dunia II.
“Bersama para mitranya, Perancis bertekad untuk menggunakan segala cara yang dimilikinya guna mengantisipasi perilaku jahat Rusia di dunia maya, mencegahnya, dan menanggapinya bila perlu,” tegas Kemenlu Perancis.
Sementara itu, utusan Rusia di PBB menolak berkomentar terkait tuduhan ini, tetapi tetap membela posisi negaranya dalam konflik di Ukraina.
https://www.kompas.com/global/read/2025/04/30/064700670/perancis-tuduh-intelijen-militer-rusia-lakukan-serangan-siber-di-paris