Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkatan Laut AS Minta Maaf atas Penghancuran Suku Asli Alaska pada 1869

Kompas.com - 22/09/2024, 11:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Dalam sebuah upacara pada Sabtu (21/9/2024) sore, angkatan laut AS meminta maaf karena telah menembaki dan membakar desa penduduk asli Alaska, Kake, pada tahun 1869.

Dikelilingi oleh tenunan suku Chilkat, foto-foto bersejarah, dan karya seni Lingít lainnya di gimnasium sekolah dasar dan menengah Kake, Laksamana Muda Mark B Sucato mengungkapkan penyesalan militer.

Ini adalah permintaan maaf pertama dari dua permintaan maaf yang direncanakan oleh militer atas pengeboman terhadap komunitas penduduk asli Alaska pada akhir tahun 1800-an itu.

Baca juga: Sepatu Buatan Indonesia Tampil di Pameran Perlengkapan Militer Australia

“Tragedi ini sudah 155 tahun,” kata Joel Jackson, presiden Desa Terorganisir Kake, tentang permintaan maaf kepada orang-orang Lingít (atau sering dikenal sebagai Tlingit). “Ini menjadi nyata karena kami tidak pernah membicarakannya dan sekarang kami melakukannya.”

Dilansir Guardian, acara ini juga mencakup sambutan dari para pemimpin dan tetua suku, pemberkatan dari suku dan pendeta angkatan laut, serta penampilan dari Penari ?eex 'Kwaan dan band angkatan laut.

Upacara kedua direncanakan pada tanggal 26 Oktober, yaitu peringatan 142 tahun pengeboman angkatan laut pada tahun 1882 di desa terdekat, Angoon.

Pemboman Kake dan Angoon terjadi hanya beberapa tahun setelah Amerika Serikat membeli wilayah Alaska dari Rusia pada tahun 1867. Selama tahun-tahun awal tersebut, tentara dan angkatan laut AS berpatroli di wilayah tersebut, termasuk dari sebuah benteng di Sitka di mana pada tahun 1869, seorang penjaga menewaskan dua orang suku Lingít. 

Untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi, seorang jenderal angkatan darat mengirim USS Saginaw, sebuah kapal perang, ke Kake untuk menangkap beberapa kepala suku mereka sebagai sandera hingga mereka menyerahkan diri dan membakar desa-desa.

“Mereka membakar semuanya. Semua tempat penampungan, semua tempat penyimpanan makanan, kano,” kata Jackson kepada Washington Post. Meskipun tidak ada yang terbunuh selama pengeboman musim dingin itu, ia mengatakan bahwa penghancuran komunitas dan persediaan serta kano-kano mereka menyebabkan banyak kematian.

Tiga belas tahun kemudian, militer membombardir desa kedua setelah perselisihan lain, kali ini atas kematian seorang dukun suku Lingít. Meskipun kematian tetua di atas kapal penangkap ikan paus adalah sebuah kecelakaan, suku tersebut meminta ganti rugi adat. 

Baca juga: Korea Utara Beri Bantuan Militer ke Rusia, Ukraina Ketar-ketir

Edgar Merriman, komandan angkatan laut Alaska pada saat itu, menolak permintaan tersebut dan malah meminta balik ganti rugi adat dari suku tersebut. Ketika suku Lingít hanya memenuhi sebagian dari permintaan tersebut, Merriman memerintahkan pasukan AS untuk mengebom pemukiman di Angoon.

Para pejabat federal kemudian memuji Merriman atas serangan tersebut. 

Saat ini, militer AS baru-baru ini dikerahkan ke sebuah pulau terpencil untuk menanggapi lonjakan aktivitas militer Rusia di dekatnya.

"Permintaan maaf angkatan laut pada musim gugur ini akan sangat berarti," kata Garfield George, yang merupakan kepala rumah Deishu Hit di Angoon yang dikenal dengan nama Kaaxooutch. 

Dia akan membantu memimpin upacara di sana pada bulan Oktober. Meskipun komunitas Angoon menerima penyelesaian senilai 90.000 dollar AS dari Kementerian Dalam Negeri pada tahun 1973, komunitas tersebut telah lama meminta permintaan maaf secara resmi.

Jackson berharap permintaan maaf angkatan laut pada hari Sabtu di Kake akan mendorong penyembuhan lebih lanjut dari trauma antargenerasi yang disebabkan oleh kekerasan militer. 

Baca juga: Bulan Ini, China-Rusia Bakal Latihan Militer Bersama

“Banyak dari masyarakat kita yang tidak membicarakannya. Kita harus mulai membicarakannya, karena kita harus mulai melakukan penyembuhan,” katanya.

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau