Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia-Papua Nugini Akan Teken Perjanjian Pertahanan, Saling Bela Jika Diserang

Kompas.com - 16/09/2025, 09:26 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

PORT MORESBY, KOMPAS.com - Australia dan Papua Nugini dijadwalkan menandatangani perjanjian pertahanan baru pada Rabu (17/9/2025), bertepatan dengan peringatan 50 tahun kemerdekaan Papua Nugini dari Australia.

Pakta, yang dipandang sebagai upaya menandingi meningkatnya pengaruh Beijing di Pasifik, akan ditandatangani oleh para pemimpin Anthony Albanese dan James Marape.

Salinan perjanjian yang dilihat AFP pada Selasa (16/9/2025) menyebut kedua negara berkomitmen untuk saling membela, jika salah satu diserang.

Baca juga: Papua Nugini Izinkan Australia Rekrut Warganya Jadi Tentara

Hal itu sebagai respons atas “ancaman yang muncul” terhadap keamanan regional mereka, sebagaimana yang dilansir dari AFP pada Selasa (16/9/2025).

Isi perjanjian pertahanan Australia-Papua Nugini

“Setiap pihak mengakui bahwa serangan bersenjata terhadap salah satu pihak di kawasan Pasifik akan berbahaya bagi perdamaian dan keamanan masing-masing serta keamanan Pasifik,” demikian tertulis dalam perjanjian pertahanan kedua negara tersebut.

Australia dan Papua Nugini menyatakan akan “bertindak untuk menghadapi bahaya bersama, sesuai dengan proses konstitusionalnya”.

Disebutkan juga, mereka menghadapi “ancaman yang muncul terhadap kepentingan nasional dan keamanan regional mereka”.

Mereka “bertekad untuk bekerja sama mendukung kawasan yang damai, stabil, sejahtera, dan menghormati kedaulatan,” tambahnya.

Baca juga: 2 Pria Australia Dituduh Pasok Senjata ke OPM, Terancam Penjara 10 Tahun

Perjanjian ini juga memungkinkan warga dari kedua negara untuk bertugas di militer masing-masing.

Kesepakatan tersebut mengikuti perjanjian keamanan menyeluruh yang ditandatangani kedua negara pada 2023.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut kesepakatan ini mulanya akan disetujui kabinet Papua Nugini pada Senin (15/9/2025), tetapi sempat tertunda karena perayaan kemerdekaan Papua Nugini.

“Mereka tidak memiliki kuorum, karena semua orang pulang ke daerah asal masing-masing untuk merayakan ini sebagai perayaan di seluruh negeri,” kata Albanese di Port Moresby.

“Kami akan dapat melanjutkan perjanjian ini besok,” tambahnya.

Baca juga: Warga Australia Demo Besar-besaran, Tuntut Lawan Korupsi

Australia kuatkan pengaruh di kawasan

Di utara Australia, Papua Nugini adalah negara terbesar dan terpadat di Melanesia.

China telah mengucurkan miliaran dolar ke negara-negara Pasifik selama satu dekade terakhir, membiayai rumah sakit, stadion olahraga, jalan, dan proyek infrastruktur publik lainnya.

Pendekatan itu tampaknya membuahkan hasil. Kepulauan Solomon, Kiribati, dan Nauru dalam beberapa tahun terakhir telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan demi China.

Canberra tampaknya ingin melakukan pendekatan yang sama dengan meningkatkan keterlibatannya di kawasan Pasifik dalam upaya menandingi pengaruh Beijing.

Albanese berada di Vanuatu pekan lalu untuk membicarakan kesepakatan yang bertujuan mempererat hubungan Australia dengan negara Pasifik itu.

Namun, kesepakatan tersebut tidak ditandatangani. Perdana Menteri Vanuatu Jotham Napat memiliki kekhawatiran bahwa perjanjian itu akan membatasi kemampuan negaranya untuk mengakses dana “infrastruktur kritis” dari negara lain.

Baca juga: Australia Siap Luncurkan Drone Serang Bawah Laut “Ghost Shark”

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Terkini Lainnya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Global
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Global
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Global
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Global
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Global
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
Global
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Global
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Global
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Global
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Global
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Global
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Global
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Global
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Global
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau