Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tokoh Masyarakat: Demo Australia Bangkitkan Kenangan Kelam Masa Lalu

Kompas.com - 01/09/2025, 12:15 WIB
Albertus Adit

Penulis

SYDNEY, KOMPAS.com – Gelombang demonstrasi anti-imigrasi yang melanda berbagai kota besar di Australia pada akhir pekan atau Minggu (31/8/2025) menuai kecaman sekaligus kekhawatiran dari warga dan tokoh masyarakat.

Aksi demo Australia yang menamakan diri Pawai untuk Australia itu digelar di Sydney, Melbourne, hingga sejumlah kota regional.

Namun, unjuk rasa tersebut justru diwarnai kehadiran kelompok ekstrem kanan, termasuk anggota Jaringan Sosialis Nasional yang dikenal berhaluan neo-Nazi.

Baca juga: Ribuan Warga Australia Demo Tolak Imigrasi, Pemerintah Kecam Keterlibatan Neo-Nazi

Di tengah orasi, sejumlah peserta terdengar meneriakkan yel-yel ofensif seperti “pulangkan mereka” dan “hentikan invasi,” yang ditujukan kepada imigran baru serta warga kulit berwarna di Australia.

Meski begitu, ada juga peserta yang berpendapat aksi tersebut bukan soal rasisme. Mereka mengklaim hanya ingin menyuarakan keresahan terhadap tingginya tingkat migrasi yang dinilai membebani perekonomian negara.

Kenangan kebijakan diskriminatif

Ketua Federasi Dewan Komunitas Etnis Australia (FECCA), Peter Doukas, menyebut demonstrasi itu membangkitkan kembali ingatan pahit masa lalu, khususnya kebijakan Australia Putih yang pernah berlaku di negara tersebut.

“Demonstrasi ini menyatukan pengalaman para migran yang baru tiba dengan para migran yang sangat awal, mereka yang tiba selama kebijakan Australia Putih,” ujarnya, dikutip dari ABC Australia.

Ia menekankan, aksi tersebut justru memperlihatkan pentingnya memperkuat komitmen terhadap nilai multikulturalisme.

“Demonstrasi ini memperkuat perlunya advokasi yang berkelanjutan untuk Australia multikultural dan kekuatan yang diberikan oleh komunitas multikultural yang lebih luas kepada negara ini,” kata Doukas.

Baca juga: Australia Akan Akui Palestina, Apa Respons Tetangga di Asia-Pasifik?

Kekhawatiran warga keturunan imigran

Di Sydney, Nayonika Bhattacharya, seorang warga keturunan India, mengaku merasa cemas saat berada di pusat kota untuk menyemangati temannya yang mengikuti lomba maraton.

“Sebagian besar pikiran setiap orang seperti, saya bisa diserang, saya bisa dirampok, saya bisa dipukuli hanya untuk menikmati maraton,” ujarnya, Senin (1/9/2025).

Perempuan berusia 26 tahun itu menambahkan, sepanjang hari ia dan teman-temannya yang juga berasal dari latar belakang multikultural terus saling memberi kabar untuk memastikan keselamatan.

“Salah satu pernyataan yang saya dengar dari unjuk rasa Maret untuk Australia adalah terlalu banyak orang India di sini. Saya pikir itu sangat konfrontatif,” katanya.

“Rasanya menakutkan karena saya tidak pernah merasa mengasingkan diri. Saya bangun setiap hari dengan niat menjadi orang baik, peduli dengan komunitas. Lalu diberi tahu bahwa kontribusi saya dianggap buruk atau tidak diinginkan, itu terasa sangat absurd,” lanjutnya.

Sebagai salah satu ketua Jaringan Advokasi Pemuda Multikultural, Bhattacharya berharap generasi muda dari berbagai latar belakang tetap merasa diterima.

Halaman:

Terkini Lainnya
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Aksi Solidaritas Pemuda Malaysia, Kapal Rp 16 Miliar Tenggelam Setelah Diluncurkan
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Aksi Solidaritas Pemuda Malaysia, Kapal Rp 16 Miliar Tenggelam Setelah Diluncurkan
Global
PM Jepang Shigeru Ishiba Mundur, Ini 2 Kandidat Penggantinya
PM Jepang Shigeru Ishiba Mundur, Ini 2 Kandidat Penggantinya
Global
Selundupkan 362 Berlian Rp 5,2 Miliar ke Vietnam, Pria India Dipenjara 7 Tahun
Selundupkan 362 Berlian Rp 5,2 Miliar ke Vietnam, Pria India Dipenjara 7 Tahun
Global
Rumah Ibu Isaac Newton Ditemukan, Buka Sejarah Keluarga Sang Ilmuwan
Rumah Ibu Isaac Newton Ditemukan, Buka Sejarah Keluarga Sang Ilmuwan
Global
Balas Kematian PM, Houthi Yaman Tembakkan 3 Drone ke Arah Israel
Balas Kematian PM, Houthi Yaman Tembakkan 3 Drone ke Arah Israel
Global
Siapa Santo Carlo Acutis yang Baru Saja Dikanonisasi Paus Leo XIV?
Siapa Santo Carlo Acutis yang Baru Saja Dikanonisasi Paus Leo XIV?
Global
Pria Asing Diam-diam Huni Ruang Bawah Tanah Rumah Orang, Ada Listrik dan Kasur
Pria Asing Diam-diam Huni Ruang Bawah Tanah Rumah Orang, Ada Listrik dan Kasur
Global
Vaksin Kanker Buatan Rusia 2025 Diluncurkan dan Siap Digunakan
Vaksin Kanker Buatan Rusia 2025 Diluncurkan dan Siap Digunakan
Global
Kelompok Bersenjata Palestina Luncurkan 2 Roket ke Israel
Kelompok Bersenjata Palestina Luncurkan 2 Roket ke Israel
Global
Carlo Acutis Jadi Santo Milenial Pertama, Dijuluki 'Influencer Tuhan'
Carlo Acutis Jadi Santo Milenial Pertama, Dijuluki "Influencer Tuhan"
Global
Perluas Operasi Militer, Israel Ratakan Gedung Pencakar Langit Kedua di Kota Gaza
Perluas Operasi Militer, Israel Ratakan Gedung Pencakar Langit Kedua di Kota Gaza
Global
Ditolak 50 Kali Wawancara Kerja, Wanita Brasil Ini Curiga Penampilannya Jadi Hambatan
Ditolak 50 Kali Wawancara Kerja, Wanita Brasil Ini Curiga Penampilannya Jadi Hambatan
Global
PM Jepang Shigeru Ishiba Siap Mundur untuk Hindari Perpecahan Partai
PM Jepang Shigeru Ishiba Siap Mundur untuk Hindari Perpecahan Partai
Global
Ditinggal Merokok Ayah, Mobil Terperosok ke Sungai, 2 Anak Tewas Tenggelam
Ditinggal Merokok Ayah, Mobil Terperosok ke Sungai, 2 Anak Tewas Tenggelam
Global
Israel Sebut Pengungsian Warga Palestina Sukarela, Mesir: Omong Kosong
Israel Sebut Pengungsian Warga Palestina Sukarela, Mesir: Omong Kosong
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau