“Akan selalu ada orang yang mengatakan bahwa Anda tidak diterima. Tetapi selama Anda hadir dengan kerendahan hati, dengan kebaikan, dan memperhatikan orang-orang di sekitar Anda, akan selalu ada tempat di sini untuk semua orang,” ucapnya.
Baca juga: Penembakan di Australia Tewaskan 2 Polisi, 1 Petugas Luka
Sejumlah menteri pemerintah federal mengutuk aksi tersebut, sementara anggota parlemen oposisi memperingatkan potensi kelompok neo-Nazi menggunakan momentum ini untuk merekrut anggota baru.
Bahkan, beberapa politisi terlihat hadir dalam aksi di berbagai kota, termasuk Senator Pauline Hanson di Canberra dan Bob Katter, anggota parlemen dari Queensland, di Townsville.
Profesor studi keamanan dari Universitas Macquarie, Julian Droogan, menilai demonstrasi itu seharusnya menjadi peringatan bagi pemerintah.
“Kelompok-kelompok sayap kanan yang secara eksplisit anti-pemerintah dan neo-Nazi memanfaatkan kekhawatiran publik seputar isu-isu seperti biaya hidup dan imigrasi untuk memobilisasi publik ke sesuatu yang lebih dekat dengan tujuan mereka. Ini merupakan perkembangan yang sangat memprihatinkan,” katanya.
Menurut Droogan, beberapa narasi kelompok ekstrem kanan memang beresonansi dengan masyarakat luas, terutama terkait isu imigrasi.
“Apakah itu berarti lebih banyak warga Australia yang sejalan dengan atau menanggapi neo-Nazisme tertentu atau sentimen supremasi kulit putih yang eksplisit adalah pertanyaan lain,” ujarnya.
Baca juga: Australia Tak Takut Singgung Israel Terkait Pengakuan Negara Palestina
Ia menambahkan, menjaga kohesi sosial bukan hanya tanggung jawab pemerintah.
“Pemerintah federal dan negara bagian memang menanggapi isu-isu ini dengan serius, tetapi kita semua punya peran. Ini adalah masalah seluruh masyarakat, sehingga semua lembaga dan warga Australia seharusnya berbuat lebih banyak untuk memastikan kita tangguh terhadap bentuk-bentuk ekstremisme, kebencian, dan gerakan politik yang memecah belah,” tutur Droogan.
Aksi anti-imigrasi itu juga memicu gelombang protes tandingan dari masyarakat yang menolak rasisme. Bentrokan kecil sempat terjadi di beberapa titik, terutama di Melbourne dan Sydney.
Meski demikian, Doukas optimistis bahwa semangat kebersamaan masih kuat di Australia.
“Saya pikir warga Australia biasa yang tidak berpartisipasi dalam demonstrasi-demonstrasi ini membuktikan bahwa ini adalah gerakan pinggiran,” ucapnya.
Baca juga: Gara-gara AI, Dunia Perfilman Bollywood Terguncang
“Warga Australia biasa telah merangkul pluralisme dan multikulturalisme dalam kerangka rasa hormat yang lebih luas, dan saya pikir itulah yang kita petik dari ini,” tutupnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini