KOMPAS.com – Polemik utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Woosh yang saat ini dioperasikan oleh Kereta Cepat Jakarta China (KCIC) menjadi perdebatan panas di Indonesia
Pasalnya, PT KCIC menanggung kerugian triliunan rupiah karena terbebani utang dan bunga yang harus dibayarkan kepada China.
Dilansir dari Kompas.com, utang proyek KCJB atau Whoosh kian membengkak hingga menembus Rp 116 triliun atau sekitar 7,2 miliar dollar AS.
Baca juga: Utang Whoosh Membengkak, China Coba Redam Kekhawatiran Indonesia
Beban itu membuat PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan konsorsium BUMN yang terlibat kewalahan menanggung kerugian.
KCJB atau Whoosh sendiri menjadi salah satu megaproyek yang didanai oleh China. Dilansir dari situs KCIC, proyek Whoosh mendapat pinjaman modal luar negeri dari China Development Bank sebesar 75 persen.
Melalui program Belt and Road Initiative (BRI), ada berbagai proyek raksasa di dunia yang digarap oleh "Negeri Panda" yang menelan biaya sangat besar.
Laporan lembaga riset AidData memperkirakan, total utang negara-negara yang ada proyek BRI telah mencapai lebih dari 1 triliun dollar AS (sekitar Rp 16.582 triliun).
Berikut daftar 15 proyek raksasa terbesar yang dibiayai China di bawah BRI, sebagaimana dilansir Yahoo Finance.
Baca juga: China Bela Whoosh, Sebut Jangan Cuma Lihat Angka
Vietnam resmi memiliki jalur metro pertamanya di Hanoi pada November 2021 dengan nama Cat Linh–Ha Dong Sky Train.
Proyek sepanjang 13 kilometer dengan 12 stasiun ini awalnya dijadwalkan selesai pada 2015, namun berbagai hambatan membuat pembangunannya molor hingga satu dekade.
Selain persoalan teknis, hubungan politik antara Vietnam dan China yang sempat memanas pada 2014 akibat sengketa Laut China Selatan turut memperlambat proyek ini.
Biaya proyek pun melonjak dari 553 juta menjadi 868 juta dollar AS, dan pemerintah Vietnam terpaksa mengambil tambahan pinjaman dari bank-bank China untuk menyelesaikannya.
Baca juga: AHY Tunggu Arahan Prabowo soal Utang Kereta Cepat Whoosh
Rel kereta Tanzania Zambia Railway Authority (TAZARA) merupakan simbol kerja sama awal antara Afrika dan China.
Pembangunannya dimulai sejak 1970 dengan pinjaman tanpa bunga selama 30 tahun dari pemerintah China.
Rel sepanjang 1.860 kilometer ini menghubungkan pelabuhan Dar es Salaam di Tanzania dengan Kapiri Mposhi di Zambia, melintasi 320 jembatan, 22 terowongan, dan lebih dari 2.000 gorong-gorong.
Kini, setelah puluhan tahun mengalami penurunan operasional, China kembali menanamkan investasi sekitar 1 miliar dollar AS untuk merevitalisasi jaringan ini dengan target penyelesaian pada 2027.
Baca juga: Putar Otak Selesaikan Utang Kereta Cepat Whoosh, AHY: Masih Dihitung Semuanya
Dalam foto yang diambil pada 10 Februari 2015 ini, terlihat pemandangan umum fasilitas pelabuhan di Hambantota.Pelabuhan dalam di Hambantota merupakan proyek ambisius Sri Lanka yang dibangun dengan pinjaman besar dari China.
Sejak dibuka pada 2012, pelabuhan ini gagal menarik cukup banyak kapal meski lokasinya strategis di jalur perdagangan internasional.
Akibat kesulitan membayar utang, pemerintah Sri Lanka akhirnya menyerahkan kendali pelabuhan beserta 15.000 hektar lahan sekitarnya kepada perusahaan China melalui perjanjian sewa 99 tahun pada 2017.
Baca juga: China Akhirnya Buka Suara soal Polemik Whoosh
Pelabuhan Chancay di Peru diresmikan pada November 2024 sebagai megaproyek pelabuhan terbesar di Amerika Selatan.
Pelabuhan ini dibangun dan dioperasikan oleh BUMN China, Cosco Shipping Ports, dengan nilai investasi awal mencapai 1,3 miliar dollar AS.
Proyek ini dirancang untuk menampung kapal kontainer terbesar di dunia dan menjadi pusat logistik utama jalur perdagangan antara Asia dan Amerika Selatan.
Namun, warga lokal menilai proyek ini merusak lingkungan pesisir dan mengganggu kehidupan nelayan di sekitar Chancay.