BANGKOK, KOMPAS.com - Replika Gunung Rushmore dengan wajah empat pemimpin dunia saat ini menarik perhatian pengunjung di Seacon Square, salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Bangkok, Thailand, pada akhir September 2025.
Berbeda dari gunung aslinya di Amerika Serikat, replika ini tidak menampilkan sosok presiden AS terdahulu seperti George Washington dan Abraham Lincoln.
Sebagai gantinya, wajah Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diukir di "gunung" yang menjulang di atas kios perlengkapan berkemah dan dinding panjat buatan.
Baca juga: Trump soal Wajahnya Dipahat di Mount Rushmore: Sepertinya Ide Bagus
Pameran bertema geopolitik ini sontak menarik perhatian para pengunjung yang berfoto dan menyeruput matcha latte sambil berswafoto di depannya.
Seacon Square memang dikenal kerap mengadakan pameran-pameran yang mirip fenomena asli di dunia.
Tahun-tahun sebelumnya, mal ini pernah menampilkan “Tembok Besar China” hingga “Bahtera Nuh” lengkap dengan binatang asli.
Namun, tahun ini menjadi kali pertama mal tersebut menampilkan tema yang bernuansa politik.
“Ini seperti pernyataan kuat, semuanya bersama-sama,” ujar James Kumar, pengunjung asal Australia berusia 32 tahun, saat ditemui AFP pada 25 September.
Menurut pernyataan resmi dari pengelola mal, pameran ini tidak bertujuan menyampaikan pesan tunggal, melainkan dirancang untuk memancing diskusi publik.
Baca juga: Wajah Trump Diusulkan Dipahat di Gunung Rushmore, Bisakah Terlaksana?
Andrew Davis, warga negara AS yang disebut pasangannya sebagai pendukung Trump, menganggap pameran tersebut menggelitik.
“Saya pikir Trump akan sangat menyukai ini. Dia pernah bercanda soal menambahkan wajahnya di Gunung Rushmore yang asli,” ujarnya, dikutip dari The Straits Times.
Meski demikian, Davis menilai pameran seperti ini akan menimbulkan kontroversi besar jika dilakukan di AS. “Negara ini sudah terlalu terpecah secara politik,” imbuhnya.
Sementara itu, pengunjung asal China juga menyampaikan bahwa ia bisa melihat sisi humor dari pameran ini, meskipun konotasinya cukup politis.
Beberapa pengunjung lain memilih tidak disebutkan namanya karena menganggap tema pameran ini sensitif.
“Sebagai orang Amerika, saya sedih untuk mengatakan bahwa ini pameran yang akurat. Saya minta maaf kepada dunia bahwa ini sekarang menjadi citra kami,” ujar salah satu pengunjung asal "Negeri Paman Sam".