KOMPAS.com – Hanya beberapa jam sebelum meninggal secara tragis di Terowongan Pont de l'Alma, Paris, Putri Diana sempat melakukan percakapan terakhir dengan Pangeran William, menyoroti kekhawatirannya bahwa adik laki-lakinya, Pangeran Harry, berisiko terabaikan dalam keluarga kerajaan.
Percakapan itu terjadi pada sore hari 31 Agustus 1997, saat Putri Diana sedang menata rambutnya di Hotel Ritz, Paris, tempat ia menginap bersama pasangannya, Dodi Fayed, di Imperial Suite.
Baca juga: 28 Tahun Meninggalnya Putri Diana dan Misteri yang Belum Pernah Terpecahkan
Menurut Andrew Morton, penulis biografinya Diana: Her True Story - In Her Own Words, percakapan tersebut mencerminkan kekhawatiran bersama antara Putri Diana dan Pangeran William mengenai perhatian dan peran Pangeran Harry di tengah tradisi kerajaan.
"Pangeran William khawatir ada bahaya bahwa adik laki-lakinya, Pangeran Harry, akan terabaikan. Diana juga merasakan kekhawatiran itu," tulis Morton dalam bukunya.
Baca juga: Kapsul Waktu Putri Diana Ditemukan di Rumah Sakit Anak London
Saat itu, Dodi Fayed meninggalkan Putri Diana untuk mengurus urusan lain, termasuk mengambil cincin pertunangan 'Tell Me Yes' senilai sekitar 11.000 poundsterling (Rp 244 juta) di toko perhiasan Alberto Repossi, yang sebelumnya dipilih Diana saat berbelanja bersama Dodi di Monte Carlo.
Rencana mereka termasuk kunjungan ke apartemen Dodi di Champs-Élysées dan makan malam di restoran Le Benoit, tempat Dodi berencana melamar Diana.
Baca juga: Ulang Tahun ke-64 Putri Diana, Momen Terakhir Masih Membekas meski 27 Tahun Berlalu
Hassan Yassin, saudara ayah tiri Dodi, menuturkan, “Ini serius. Kami akan menikah. Saya bahagia untuknya, untuk mereka berdua.”
Percakapan terakhir Diana dengan William tidak hanya mencerminkan naluri seorang ibu untuk melindungi putra bungsunya, tetapi juga kesadaran akan tekanan besar yang diberikan pada kedua putra mereka oleh tradisi kerajaan dan ekspektasi publik.
Baca juga: Keputusan Pangeran William Sewa Pengacara Perceraian Putri Diana
Ahli sejarah dan psikologi kerajaan Inggris menilai kekhawatiran Putri Diana terbukti relevan, mengingat ketegangan yang muncul antara Pangeran William dan Pangeran Harry di masa dewasa.
Sejak kecil, William dipersiapkan sebagai pewaris tahta, sementara Harry menjalani kehidupan yang lebih bebas namun sering menjadi sorotan publik.
Baca juga: Keputusan Pangeran William Sewa Pengacara Perceraian Putri Diana
Perselisihan di kemudian hari, termasuk kontroversi wawancara Harry dengan Oprah Winfrey dan perilisan buku Spare, menegaskan prediksi Diana tentang potensi adiknya untuk merasa terabaikan.
Percakapan terakhir Putri Diana menjadi catatan penting dalam memahami dinamika emosional keluarga kerajaan Inggris.
Baca juga: Terungkap Setelah 40 Tahun, Kisah Hubungan John Travolta dan Putri Diana
Putri Diana meninggalkan warisan bukan hanya berupa perhatian untuk anak-anaknya, tetapi juga wawasan tentang tekanan psikologis yang melekat pada posisi mereka di mata publik dan sejarah.
Diketahui, Putri Diana, yang dikenal sebagai "People’s Princess", meninggal dunia pada 31 Agustus 1997 setelah kecelakaan mobil tragis di Terowongan Pont de l’Alma.
Baca juga: Pangeran William dan Harry Tak Bisa Warisi Rumah Masa Kecil Putri Diana, Kenapa?
Saat itu, Putri Diana bersama kekasihnya, pengusaha Mesir Dodi Al-Fayed, dan sopir mereka Henri Paul, tengah berusaha menghindari kejaran paparazzi.
Mobil Mercedes-Benz yang ditumpangi kehilangan kendali dan menabrak pilar beton. Dodi dan Henri tewas seketika, sementara Diana meninggal beberapa jam kemudian di rumah sakit. Hanya satu orang yang selamat, yakni pengawalnya, Trevor Rees-Jones.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang