Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri di Balik Air Terjun Darah di Antartika, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 21/06/2025, 09:13 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Fenomena alam yang dikenal dengan nama Blood Falls (Air Terjun Darah) di Antartika telah lama memikat perhatian ilmuwan dan penjelajah. Terletak di Lembah Kering McMurdo, yang merupakan salah satu tempat paling terpencil di dunia, fenomena aneh ini berupa aliran air merah terang yang keluar dari sebuah gletser. 

Sejak pertama kali ditemukan lebih dari seratus tahun yang lalu, para ilmuwan telah berusaha keras untuk mengungkap misteri di balik penampakan air terjun yang tampak seperti darah tersebut.

Awal Penemuan dan Misteri yang Membingungkan

Blood Falls pertama kali ditemukan pada tahun 1911 oleh ahli geologi asal Inggris, Thomas Griffith Taylor. Ketika ia melihat air merah yang mengalir dari tepi Gletser Taylor, ia terkejut oleh penampilannya yang menyeramkan.

Beberapa teori pun bermunculan, salah satunya adalah bahwa warna merah tersebut disebabkan oleh alga merah yang hidup di dalam air. Namun, teori ini tidak mampu meyakinkan seluruh komunitas ilmiah, dan asal-usul air merah tersebut tetap menjadi misteri yang terus dipelajari.

Tidak hanya warna airnya yang tidak biasa, tetapi juga kenyataan bahwa air tersebut tetap mengalir di salah satu tempat paling dingin di Bumi, menambah kebingungannya. Suhu rata-rata di wilayah ini mencapai hampir -19°C, namun air tersebut tidak membeku. Hal ini membuat Blood Falls semakin menarik dan menjadi fokus penelitian ilmiah yang intens.

Baca juga: Tiga Danau Berbeda Warna di Etiopia Berasal dari Satu Sumber yang Sama

Terobosan Penelitian pada Tahun 2003

Misteri Blood Falls baru terpecahkan pada tahun 2003, ketika sekelompok peneliti dari Universitas Alaska Fairbanks, termasuk penjelajah National Geographic, Erin C. Pettit, menggunakan teknologi radio-echo canggih untuk mempelajari komposisi air yang mengalir tersebut. 

Melalui penelitian ini, mereka menemukan bahwa air tersebut mengandung kadar garam yang sangat tinggi, sekitar dua kali lipat salinitas air laut. Penemuan ini menjelaskan mengapa air tersebut tetap mengalir meskipun berada dalam suhu ekstrem yang sangat dingin. Kandungan garam yang tinggi menurunkan titik beku air, memungkinkan air tersebut tetap berada dalam keadaan cair meski suhu lingkungan sangat rendah.

Namun, salinitas tinggi bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan air ini tetap mengalir. Peneliti juga menemukan bahwa air tersebut kaya akan zat besi. Ketika air tersebut berinteraksi dengan udara, proses oksidasi besi terjadi, yang menyebabkan warna merah mencolok pada air tersebut. Inilah yang menjelaskan tampilan Blood Falls yang sangat unik, dengan warna merah darah yang kontras dengan salju putih di sekitarnya.

Baca juga: Setiap 2.000 Tahun Sekali Antartika Alami Fenomena Ini

Asal-usul Air Terjun Berdarah yang Tertutup Es Selama Jutaan Tahun

Menariknya, asal-usul air yang mengalir dari Blood Falls jauh lebih tua daripada yang dibayangkan sebelumnya. Menurut Pettit, air tersebut telah terperangkap di bawah gletser selama sekitar 1,5 juta tahun. Air ini berasal dari sebuah danau kuno yang terkubur di bawah lapisan es. Seiring waktu, pergerakan gletser menutupi danau tersebut dengan lapisan es tebal, mengisolasinya selama ribuan tahun.

Namun, tekanan yang terjadi di bawah es menyebabkan air yang kaya akan garam dan zat besi ini menembus lapisan es dan mulai mengalir ke permukaan. Pettit menjelaskan bahwa gletser itu sendiri memberikan panas yang diperlukan untuk menjaga air tetap cair. 

"Meskipun terdengar tidak masuk akal, air melepaskan panas saat membeku, dan panas ini memanaskan es yang ada di sekitarnya," ujarnya. Kombinasi panas geotermal yang dihasilkan oleh gletser dan titik beku air asin yang lebih rendah memungkinkan air tersebut mengalir tanpa terhenti.

Baca juga: Kenapa Antartika Disebut Gurun?

Penemuan yang Menakjubkan dan Keajaiban Alam yang Tiada Duanya

Gletser Taylor kini dikenal sebagai gletser yang paling dingin di dunia yang memiliki aliran air yang terus-menerus mengalir. Penemuan ini menegaskan Blood Falls sebagai salah satu keajaiban alam paling menakjubkan di Antartika, dengan asal-usulnya yang melibatkan danau purba, suhu yang sangat dingin, dan proses kimiawi yang unik. Proses-proses ini menjadikan fenomena ini tidak hanya menarik untuk dipelajari, tetapi juga sebuah penemuan alam yang sangat langka dan penuh misteri.

Dengan terpecahkannya misteri Blood Falls, kita kini dapat lebih memahami fenomena alam yang telah menguji rasa penasaran manusia selama lebih dari seratus tahun. Keunikan dari air terjun ini tidak hanya terletak pada warnanya yang mencolok, tetapi juga pada cerita panjang yang membentang dari danau kuno yang terperangkap di bawah gletser, hingga mekanisme geotermal yang membuatnya tetap mengalir meskipun berada di tengah es yang membeku.

Fenomena ini membuktikan betapa besar kekuatan alam yang masih banyak belum kita pahami sepenuhnya, dan bagaimana penelitian ilmiah terus membuka jendela baru menuju keajaiban-keajaiban yang tersembunyi di penjuru dunia. 

Blood Falls tidak hanya menjadi simbol dari kekuatan alam, tetapi juga menjadi pengingat bagi kita untuk terus menjaga rasa ingin tahu dan mengeksplorasi dunia yang penuh dengan misteri ini.

Baca juga: Gunung Berapi di Antartika Semburkan Emas Saat Terjadi Erupsi

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau