Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serat Karbon, dari Mobil Balap Hingga Bingkai Kacamata

Kompas.com - 09/08/2025, 11:26 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Serat karbon, atau carbon fiber, telah menjadi bahan primadona di dunia teknologi dan desain modern. Terbuat dari serat-serat tipis karbon yang diikat oleh resin, material ini dikenal karena kombinasi unik antara kekuatan luar biasa dan bobot yang sangat ringan. 

Serat karbon pertama kali digunakan pada akhir abad ke-19, meskipun bentuk awalnya jauh berbeda dari serat karbon modern yang kita kenal sekarang. Pada tahun 1860, Sir Joseph Wilson Swan, seorang ilmuwan Inggris, menggunakan serat karbon berbasis selulosa (dari kapas atau bambu) sebagai filamen untuk bohlam lampu pijar awal. Serat ini dihasilkan melalui proses karbonisasi (pembakaran pada suhu tinggi tanpa oksigen).

Pada 1879, Thomas Alva Edison mematenkan penggunaan serat karbon berbasis selulosa untuk filamen lampu pijar di Amerika Serikat. Filamen ini terbuat dari bahan seperti benang katun atau bambu yang dikarbonisasi melalui proses pirolisis, yang menghasilkan filamen tahan panas untuk konduksi listrik. Namun, serat karbon ini lemah dan tidak memiliki kekuatan tarik seperti serat karbon modern.

Baru pada 1958, Dr. Roger Bacon, seorang fisikawan di Union Carbide Parma Technical Center, Ohio, secara tidak sengaja menemukan serat karbon berbasis petroleum saat meneliti titik tripel karbon. Ia menghasilkan filamen karbon dari rayon dalam tungku busur listrik, tetapi serat ini hanya mengandung sekitar 20% karbon dan kurang kuat.

Baca juga: Serat Karbon Bikin Beton Berpori Lebih Kuat dan Tahan Lama

Setahun kemudian Dr. Akio Shindo dari Osaka Technical Research Institute, Jepang, mengembangkan serat karbon berbasis poliacrilonitril (PAN), yang menjadi cikal bakal serat karbon modern dengan kandungan karbon sekitar 55% dan metode produksi yang lebih hemat biaya.

Tahun 1963, ilmuwan Inggris W. Watt, L. N. Phillips, dan W. Johnson dari UK Ministry of Defence mematenkan proses pembuatan serat karbon yang lebih kuat, yang kemudian dilisensikan ke Rolls-Royce untuk digunakan dalam bilah kompresor mesin jet RB-211. Ini menandai penggunaan serat karbon dalam aplikasi industri berperforma tinggi seperti kedirgantaraan.

Pada 1970-an, serat karbon mulai digunakan secara luas di industri kedirgantaraan, otomotif, dan peralatan olahraga karena kekuatan dan ringannya. Penggunaan serat karbon meluas dan mulai digunakan dalam sepeda, peralatan olahraga seperti raket tenis, dan komponen otomotif untuk kendaraan berperforma tinggi, hingga bingkai kacamata, karena sifatnya yang ringan dan tahan lama.

Keunggulan serat karbon sebagai bingkai kacamata bukan sekadar soal tampilan. Rasio kekuatan terhadap bobotnya mengungguli baja, namun jauh lebih ringan. Bobotnya yang seringkali hanya beberapa gram membuat pemakaian berjam-jam terasa nyaman, tanpa tekanan berlebih di hidung atau telinga.

Tak hanya itu, sifatnya yang tahan korosi membuatnya kebal terhadap keringat atau air laut, sehingga cocok untuk kegiatan outdoor, dari lari pagi hingga berlayar di laut tropis. 

Desainnya pun fleksibel: tipis, ramping, dan modern, namun tetap tangguh terhadap benturan, bahkan di medan ekstrem. Untuk pemilik kulit sensitif, sifat hipoalergeniknya menambah nilai plus.

Namun, seperti teknologi premium lainnya, ada harga yang sepadan untuk kualitas ini. Bingkai serat karbon biasanya lebih mahal dibandingkan plastik atau logam biasa, dan jika rusak, perbaikannya tergolong rumit. Meski begitu, bagi yang mengutamakan kenyamanan, daya tahan, dan estetika, ini adalah investasi yang tepat—apalagi jika dipadukan dengan lensa berkualitas.

Baca juga: Perjalanan Sejarah di Balik Penemuan Kacamata

Ilustrasi kacamata hitam Ilustrasi kacamata hitam

Karena keistimewaan material ini, merek kacamata Police menghadirkan koleksi baru dengan frame berbahan karbon yang memadukan gaya dan teknologi. Sembilan model kacamata hitam yang memadukan desain aerodinamis, material ringan, dan penggunaan serat karbon asli dari produksi mobil balap diluncurkan dalam kolaborasi perdana dengan tim balap Mercedes. 

Di luar itu, ada koleksi Spring/Summer 2025 yang dibintangi Zac Efron menawarkan 11 model kacamata hitam dan 11 optical frames, merefleksikan tren terkini dengan ciri khas modern dan ikonis.

Menurut Ryan Lee Buntaram, Direktur Operasional Optik Seis, Police juga menyelenggarakan kampanye “Race to Abu Dhabi” bersama Optik Seis, di mana mereka bukan hanya menawarkan koleksi terbaru, tetapi juga pengalaman yang memacu adrenalin. 

Setiap pembelian kacamata Police di Optik Seis Jabodetabek dan Bandung antara 23 Juli hingga 31 Oktober 2025 akan mendapat kesempatan bermain Go-Kart di Playtopia Sports – Lippo Mall Puri. Dari sini, peserta dapat berlomba mencatat waktu tercepat, dan tiga juara teratas berhak atas hadiah eksklusif, termasuk perjalanan ke Abu Dhabi pada Desember 2025 untuk menyaksikan ajang balap mobil bergengsi dan konser musik spektakuler.

Baca juga: Ilmuwan China Ciptakan Lensa Kontak yang Bisa Melihat dalam Gelap

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau