Sesampainya di Bandar Udara Soekarno Hatta, Jakarta, grup Idol K-pop tersebut disambut oleh fans mereka di Indonesia.
Video detik-detik kerumunan fans NCT Dream tersebut diunggah oleh akun ini melalui media sosial Twitter.
Dalam video tersebut, terlihat sekelompok remaja sedang berlarian untuk menyambut grup Idol K-pop.
Bahkan, penggunggah mengatakan bahwa kerumunan dalam video tersebut mirip dengan film Zombie bikinan Korea Selatan berjudul "Train to Busan".
"Yaampun takut banget," ujar suara dalam video tersebut.
"Ini apa anjir," sahut yang lainnya.
"Train to Busan," jawabnya.
Hingga Sabtu (21/5/2022) pukul 14.17 WIB, video berdurasi 15 detik tersebut telah disukai oleh 10.000 pengguna dan di-retweet oleh 5.970 pengguna akun Twitter.
Lantas, mengapa remaja di Indonesia semakin mengidolakan grup K-pop?
Hasil konseling yang dilakukan oleh Psikolog klinis Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Nanda Rossalia menunjukkan bahwa remaja di Indonesia kian menggemari Idol K-pop selama pandemi Covid-19 dua tahun terakhir lantaran rasa stres berada di rumah.
Penyebab rasa stres tersebut bisa berasal dari tekanan keluarga di rumah.
Para remaja ini kemudian melampiaskan rasa stresnya ke media sosial yang kerap menjadi tempat para Idol K-pop membangun kedekatan dengan penggemar.
"Sebagian penggemar bahkan bisa merasa hanya idola mereka yang memberi perhatian pada mereka dan berkembanglah istilah "halu" walau bukan dalam artian sebenarnya," terang Nadia, dikutip dari Antara.
Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, penggunaan internet terutama media sosial sangat berpengaruh terhadap popularitas K-pop di kalangan remaja Indonesia.
Penggunaan internet ini tidak lepas dari adanya pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi. Dua hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi lintas negara, terutama dalam hal budaya populer Korea Selatan.
Kedekatan antara Idol dan penggemar semakin terjalin melalui live streaming yang kerap dilakukan para idol. Hal ini menimbulkan hubungan parasosial atau hubungan antara seseorang dengan figur yang ada di layar.
Melalui live streaming inilah, para Idol K-pop membangun kedekatan dengan penggemar. Hal tersebut disambut positif oleh penggemar.
"Semakin dia membuka media sosial apalagi bila dia mem-follow, suka ada live, saya melihat mereka. Saya merasa ada intimacy, kayaknya hanya dia (idola) yang bisa mengerti saya sehingga itu yang menjadi part of social interaction," jelas Nanda.
Hubungan kedekatan tersebut berkembang menjadi hubungan interpersonal yang menyebabkan bonding atau ikatan sangat kuat antara Idol K-pop dan penggemarnya.
"Semakin kuat itu kemudian menjadi suatu hubungan, jadi hubungan interpersonal kemudian ini jadi realita-nya," ujar Nanda.
"Karena dia (idola) sudah ada di kepala itu seperti imajinasinya dan bonding-nya kuat, kami menyebutnya hubungan parasosial. Itu perlu juga suatu pendekatan yang lain untuk kita bantu," imbuhnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sandy Agum Gumelar, dkk (2021) menunjukkan bahwa para remaja Indonesia menyukai K-pop lantaran aspek idol music dan idol visual.
Selain music dan visual, beberapa remaja juga menyukai Idol K-pop karena idol stage performance dan idol attitude.
Kendati demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa visual dan penampilan fisik para Idol K-pop menjadi salah satu aspek penilaian penting di dunia industri hiburan.
Berawal dari visual inilah, penggemar kemudian mencari tahu tentan karya Idol K-pop mereka, seperti lagu-lagunya hingga kebiasaan para Idol.
Intensitas penggemar saat mendengar, membaca, melihat hingga mempelajari kehidupan Idol K-pop menimbuklkan munculnya rasa empati, identifikasi, obsesi, juga asosiasi yang menimbulkan konformitas.
Hal ini kemudian menyebabkan para penggemar semakin 'mendewakan' idola mereka.
Pada tahap tertentu, para remaja tersebut akan merasakan intense personal feeling, yakni menganggap bahwa idolanya merupakan bagian dari kehidupan mereka sehingga terjalin ikatan emosional.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/22/123000665/mengapa-remaja-indonesia-kian-menggemari-idol-k-pop-