Proyek jembatan ini digadang-gadang akan memiliki panjang 3,7 kilometer dengan bentang utama sekitar 3,2 kilometer di atas Selat Messina, dikutip dari Reuters, Rabu (6/8/2025).
Namun, keputusan yang diresmikan oleh pemerintah sayap kanan, Perdana Menteri Giorgia Meloni ini menuai kecaman dari warga setempat sekaligus pengamat.
Padahal, pemerintah hendak menjadikannya prioritas pembangunan selama 10 tahun ke depan dengan biaya sebesar 15,63 miliar dollar AS (sekitar Rp 254 trilliun).
Dengan begitu, proyek yang pertama kali dijalankan oleh bangsa Romawi kuno selama lebih dari 50 tahun ini berpotensi mengalami penundaan lagi.
Penolakan warga setempat
Seorang warga Messina, Sisilia, Mariolina De Francesco (75) mengkhawatirkan bagaimana pemukiman di sekitar selat akan digusur.
"Mereka bisa menawar tiga kali lipat nilai rumah saya, tapi itu tidak penting. Yang penting adalah lanskapnya. Mereka tidak boleh menyentuh Selat Messina," ujar De Francesco.
Adapun lebih dari 440 properti yang berada di sisi Sisilia dan wilayah Calabria harus digusur untuk memberi jalan bagi jembatan gantung, jalan raya, serta rel kereta api penghubung.
"Pengacara kami akan mengambil tindakan, dan kami akan menghentikan mereka. Itu dijamin," lanjut dia.
Sementara itu, Menteri Infrastruktur Matteo Salvini mengumumkan bahwa proyek akan mulai pada September sampai Oktober mendatang dan dijadwalkan selesai pada 2032.
Menteri juga menjanjikan kompensasi besar bagi mereka yang wajib menyerahkan propertinya.
Selain itu, kelompok lingkungan juga mengeluhkan risiko ekosistem sebagai dampak dari pembangunan jembatan ini, dikutip dari The Independent, Jumat (8/8/2025).
Sebab, terdapat cagar alam di Distrik Torre Faro yang berlokasi di tepi utara Messina.
Warga menilai bahwa risiko seismik dan keadaan lingkungan di area tersebut tidak cocok dengan jembatan gantung.
Mereka juga khawatir bila lokasi tersebut menjadi tidak layak huni karena kebisingannya nanti.
Menaggapi hal tersebut, pihak terkait meluruskan bahwa jembatan dirancang untuk menahan gempa bumi kuat dan tidak akan ditempatkan di jalur patahan aktif.
Perusahaan Selat Messina juga menjanjikan langkah-langkah mitigasi untuk melindungi habitat dan spesies yang dilindungi.
Mereka juga menjamin pengendalian kebisingan selama proyek berlangsung.
Suara yang pro dengan pembangunan jembatan
Di sisi lain, proyek jembatan gantung terpanjang di dunai ini dinilai akan memperkuat perekonomian di wilayah berkembang.
Pendukung proyek konsorsium Eurolink yang dipimpin oleh Webuild Italia itu, Giuseppe Caruso (71) mengatakan bahwa pembangunan jembatan membuka lapangan pekerjaan.
“Jembatan ini bisa menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda, dan mungkin juga bisa mengubah sesuatu di Sisilia, tempat kami selalu ingin mempertahankan semua apa adanya,” tutur Caruso.
Selain itu, pihak berwenang juga menjanjikan perlindungan yang kuat terhadap keterlibatan mafia yang bermarkas di Cosa Nostra dan 'Ndrangheta.
Adapun penggusuran rumah akan dilakukan secara bertahap sejalan dengan kemajuan konstruksi.
Aktivis dan pengacara memperkirakan sekitar 1.000 orang bisa kehilangan tempat tinggal dan berpendapat, peningkatan biaya sejak awal dimungkinkan melanggar UU pengadaan publik Uni Eropa.
“Kami adalah negara yang diatur oleh hukum di Uni Eropa, jadi pemerintah pun harus menghormati aturan tersebut,” terang pengacara yang mewakili beberapa qarga Messina, Antonio Saitta.
Kenaikan biaya yang dimaksud adalah angka yang disebut pada 2011 yaitu 8,5 miliar Euro (sekitar Rp 161 triliun). Perusahaan beralasan naiknya harga material konstruksi membuat penganggaran bertambah.
Sementara itu, profesor hukum administrasi di Universitas Sapienza Roma, Gianluca Maria Esposito menjawab bahwa kepentingan publik diutamakan dalam proyek tersebut.
“Warga negara berhak mendapatkan kompensasi, tetapi tidak dapat menuntut ganti rugi lebih lanjut, dan tidak dapat pula menentang pelaksanaan proyek,” pungkas dia.
https://www.kompas.com/tren/read/2025/08/09/123000965/warga-italia-tolak-proyek-jembatan-gantung-terpanjang-di-dunia-kenapa-