KOMPAS.com - Gelombang demonstrasi akhir Agustus 2025 melahirkan 17+8 Tuntutan Rakyat.
Tuntutan tersebut diarahkan ke DPR RI, Presiden, TNI, Polri, partai politik, hingga kementerian sektor ekonomi.
Aksi ini dipicu kekecewaan publik terhadap fasilitas DPR yang dinilai berlebihan dan tindakan represif aparat.
Gerakan ini kemudian berkembang menjadi konsolidasi masyarakat sipil. Influencer, musisi, dan aktivis lintas sektor berkolaborasi menyusun tuntutan dalam waktu singkat.
Mereka menggarisbawahi bahwa DPR dan pemerintah tidak boleh mengabaikan suara publik di tengah krisis kepercayaan.
Akhirnya, DPR RI menanggapi dengan enam keputusan resmi. Selain itu, TNI juga merespons tuntutan yang diarahkan kepada institusinya.
Lantas, bagaimana perjalanan "17+8 Tuntutan Rakyat" dari awal disusun hingga mendapatkan respons?
Awal gerakan dipicu demo dan korban jiwa
Aksi demonstrasi pada 28–30 Agustus 2025 menuntut dihapusnya tunjangan DPR. Unjuk rasa itu berujung jatuhnya korban jiwa, termasuk Affan Kurniawan dan Umar Amarudin.
Nama keduanya kemudian masuk dalam daftar tuntutan sebagai alasan moral perjuangan.
Masyarakat sipil menilai tindakan represif aparat menjadi bukti lemahnya perlindungan hak asasi.
Tuntutan publik meluas, tidak hanya menyasar DPR, tetapi juga pemerintah, partai politik, Polri, dan TNI. Isu utama adalah perlunya transparansi, akuntabilitas, dan penghentian kekerasan.
Kondisi tersebut melahirkan ide untuk menyusun tuntutan dalam bentuk daftar terukur.
Daftar ini diberi nama 17+8 Tuntutan Rakyat, dengan 17 poin jangka pendek dengan batas akhir pada (Jumat 5/9/2025). Sementara 8 poin jangka panjang ditetapkan hingga 31 Agustus 2026.
Influencer rumuskan dalam waktu cepat
Influencer Andovi Da Lopez menceritakan bagaimana daftar tuntutan ini dirumuskan hanya dalam tiga jam melalui diskusi telepon.
"Kita panggil semua yang itu, kita bikin satu messages yang tuntutannya bisa didengar semua orang. Nah, itu phone call-nya memang sekitar 3 jam," ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Senin (1/9/2025).
Pernyataan itu memunculkan perbandingan publik terhadap DPR RI yang dinilai lamban dalam merespons aspirasi.
"Ya gini, buktinya kita saja bisa, kok DPR enggak bisa, walaupun ini tuntutan ya," ujarnya.
Selain Andovi, sejumlah influencer lain ikut terlibat, seperti Jerome Polin, Salsa Erwina Hutagalung, hingga Jerome Polin.
Kolektif 17+8 Indonesia berbenah
Pada Kamis (4/9/2025), kolektif yang menamakan diri 17+8 Indonesia Berbenah mendatangi Kompleks DPR di Senayan.
Mereka menyerahkan surat resmi berisi 25 tuntutan kepada anggota dewan. Gerakan ini memperlihatkan konsolidasi antara influencer, musisi, dan aktivis sipil.
Andhyta F. Utami (Afu) menekankan alasan moral di balik penyusunan daftar.
"Ini semua disebabkan oleh proses demokrasi yang cacat dan tidak sehat. Kalau dari awal ada partisipasi yang baik dan pemerintah mau mendengarkan warganya, ini tidak seharusnya terjadi," terangnya, dikutip dari Kompas.com, Kamis.
Mereka disambut anggota DPR Rieke Diah Pitaloka dan Andre Rosiade.
DPR menyatakan tuntutan itu akan diteruskan ke pihak terkait. Namun publik tetap menagih tindak lanjut nyata, bukan sekadar janji politik.
Isi 17+8 Tuntutan Rakyat
Tuntutan jangka pendek (deadline 5 September 2025):
Tuntutan jangka panjang (deadline 31 Agustus 2026):
Jawaban DPR RI
DPR akhirnya merespons pada Jumat (5/9/2025) melalui enam keputusan resmi hasil rapat konsultasi pimpinan dengan fraksi.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad membacakannya di Gedung DPR.
"Pada hari ini kami menyampaikan hasil keputusan rapat konsultasi pimpinan DPR dengan pimpinan fraksi-fraksi DPR RI yang dilaksanakan kemarin," ujar Dasco, dilansir dari Kompas.com, Jumat.
Adapun isi keputusan DPR sebagai berikut:
Keenam poin ini ditandatangani oleh Puan Maharani, Sufmi Dasco Ahmad, Saan Mustopa, dan Cucun Ahmad Syamsurijal. Publik menilai langkah ini sebagai awal, meski belum sepenuhnya menjawab seluruh daftar tuntutan.
Respons TNI terkait tuntutan
Tiga dari 25 tuntutan rakyat ditujukan langsung pada TNI. Kapuspen TNI Brigjen (Marinir) Freddy Adrianzah menyampaikan respons resmi.
"TNI sangat mengapresiasi beberapa tuntutan maupun masukan 17+8 yang tiga untuk TNI," katanya, dikutip dari Kompas.com, Jumat.
"Apapun yang diputuskan, apapun kebijakan yang diberikan pada TNI, itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh kehormatan," sambungnya.
Butir yang ditujukan kepada TNI mencakup perintah kembali ke barak, menegakkan disiplin internal agar tidak mengambil alih fungsi Polri, dan menyampaikan komitmen publik untuk tidak memasuki ruang sipil selama krisis demokrasi.
Sementara itu, perjalanan 17+8 Tuntutan Rakyat dari aksi mahasiswa hingga jawaban DPR RI menunjukkan konsolidasi masyarakat sipil mampu mendorong perubahan. DPR mengeluarkan enam keputusan, sementara TNI menegaskan komitmen pada supremasi sipil.
Namun, publik tetap menunggu pemenuhan 17 tuntutan jangka pendek pada September 2025 dan delapan agenda reformasi jangka panjang hingga Agustus 2026.
Realisasi tuntutan itu akan menjadi ukuran apakah demokrasi Indonesia berjalan akuntabel dan responsif.
(Sumber: Kompas.com/Fika Nurul Ulya, Hanifah Salsabila, Firda Janati, Singgih Wiryono | Editor: Ardito Ramadhan, Faieq Hidayat, Robertus Belarminus, Danu Damarjati)
https://www.kompas.com/tren/read/2025/09/06/093000065/perjalanan-17-8-tuntutan-rakyat-dari-diskusi-influencer-sampai-respons-dpr