KOMPAS.com - Kecerdasan buatan (AI) berpotensi menghapus hampir semua bentuk pekerjaan manusia hanya dalam waktu lima tahun setelah kemunculan artificial general intelligence (AGI).
Peringatan keras ini disampaikan profesor ilmu komputer di University of Louisville dan pakar terkemuka dalam bidang keamanan AI, Roman Yampolskiy.
Menurutnya, pasar tenaga kerja akan mengalami keruntuhan total karena perusahaan lebih memilih memanfaatkan sistem AI dan robot humanoid yang jauh lebih murah dibanding mempekerjakan manusia.
“Kita bukan berbicara soal 10 persen pengangguran yang sudah cukup menakutkan, melainkan 99 persen. Itu level yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Yampolskiy dalam podcast The Diary of a CEO, dikutip dari NDTV, Sabtu (6/9/2025).
Ia memperkirakan AGI bisa hadir pada 2027 dan hanya tiga tahun setelahnya, perekrutan manusia menjadi tidak ekonomis lagi.
Yampolskiy menegaskan, pekerjaan yang berbasis komputer akan otomatis tergantikan terlebih dahulu.
Setelah itu, baru diikuti oleh pekerjaan fisik setelah robot humanoid mencapai kematangan teknologi sekitar lima tahun kemudian.
Dampaknya bukan hanya kehilangan penghasilan, tetapi juga hilangnya struktur sosial, status, serta rasa kebersamaan yang biasanya lahir dari dunia kerja.
“Tidak ada rencana cadangan. Semua pekerjaan akan diotomatisasi dan pelatihan ulang tidak akan menyelamatkan siapa pun,” tegasnya.
Pakar ingatkan pekerjaan yang hilang karena AI
Dilansir dari Businness Insider, Kamis (4/9/2025), jika prediksi Roman Yampolskiy terbukti benar, hampir semua profesi mulai dari analis, akuntan, hingga guru dan podcaster akan kehilangan relevansinya dalam hitungan tahun.
Bahkan, pekerjaan yang sebelumnya dianggap “tahan masa depan”, seperti coding dan rekayasa perintah (prompt engineering), menurutnya tidak akan bertahan lama.
“AI jauh lebih baik dalam merancang perintah untuk AI lain daripada manusia mana pun. Jadi, itu sudah berakhir,” ujarnya tegas.
Yampolskiy menilai, upaya pelatihan ulang yang selama ini digadang-gadang sebagai solusi justru sudah ketinggalan zaman.
Baginya, tidak ada bidang kerja yang akan aman karena semua jenis tugas baik mental maupun fisik pada akhirnya dapat diotomatisasi.
Hal ini membuat masyarakat tidak lagi bisa berharap pada transisi karier sebagai jalan keluar.
Dia menjelaskan, hilangnya pekerjaan tidak hanya berdampak pada sumber pendapatan, tetapi juga pada empat hal penting yang menopang kehidupan sosial: struktur, status, dan rasa komunitas.
Tanpa pekerjaan, ia memperingatkan, masyarakat harus menemukan cara baru untuk menggantikan fungsi-fungsi mendasar tersebut dalam skala besar.
Solusi yang ia bayangkan mencakup pendapatan universal berbasis dividen, rutinitas harian melalui korps sipil atau layanan masyarakat, status sosial yang diperoleh dari sistem kontribusi formal, hingga komunitas yang dibangun lewat lembaga lokal maupun ruang virtual yang dirancang dengan matang.
“Masyarakat masa kini tidak siap. Tanpa infrastruktur makna yang disengaja, kelimpahan akan merosot menjadi kemalasan yang membuat ketagihan," ujarnya.
Dengan kata lain, tantangan terbesar bukan hanya bagaimana manusia bertahan hidup secara ekonomi, tetapi bagaimana menemukan makna dalam dunia yang tak lagi membutuhkan tenaga kerja.
Roman Yampolskiy bukan satu-satunya orang yang menyuarakan kekhawatiran soal masa depan kerja di era AI.
Pada Mei lalu, CEO Anthropic, Dario Amodei juga menekankan bahwa setengah dari pekerjaan kerah putih tingkat pemula bisa hilang dalam lima tahun mendatang.
Pekerjaan kerah putih adalah pekerjaan yang didominasi oleh tugas-tugas profesional, manajerial, atau administratif, bukan pekerjaan fisik, dan umumnya dilakukan di lingkungan kantor atau profesional lainnya.
Ia menilai, pemerintah di seluruh dunia masih meremehkan ancaman ini, padahal lonjakan pengangguran akibat otomatisasi dapat terjadi lebih cepat dari yang dibayangkan.
“Kami yang membuat teknologi ini punya tanggung jawab untuk jujur tentang apa yang akan datang. Sayangnya, banyak orang bahkan belum menyadari risikonya,” kata Amodei.
Nada serupa juga diungkapkan Mo Gawdat, mantan eksekutif Google.
Ia memperingatkan, “neraka” bisa dimulai paling cepat pada 2027, ketika AI mengambil alih pekerjaan kerah putih tanpa kecuali, termasuk profesi yang selama ini dianggap aman, seperti pengembang perangkat lunak, CEO, bahkan podcaster.
https://www.kompas.com/tren/read/2025/09/08/080000965/karena-ai-pakar-peringatkan-99-persen-pekerjaan-bisa-hilang-pada-2030