KOMPAS.com - Hampir setiap orang pernah menghadapi tekanan hidup yang berat. Perasaan sedih, putus asa, atau kehilangan kendali atas emosi sering kali muncul sebagai dampaknya.
Hal itu wajar terjadi. Namun, ada kondisi tertentu yang menjadi sinyal bahwa kita perlu segera mencari bantuan profesional psikolog.
Mengenali tanda-tanda tersebut penting untuk mencegah gangguan mental yang lebih serius sekaligus membuka kesempatan mendapatkan dukungan yang tepat.
Lalu, kapan sebenarnya seseorang harus memeriksakan diri ke psikolog?
Faktor psikologis yang perlu diwaspadai
Psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal, menjelaskan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menjaga kesehatan mental. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa memicu pikiran atau perilaku berisiko.
Apa saja faktor-faktornya?
1. Gangguan kesehatan mental
Beberapa gangguan mental yang umum ditemui antara lain depresi, bipolar, skizofrenia, hingga gangguan kepribadian.
Depresi, misalnya, ditandai dengan perasaan sedih mendalam, putus asa, kehilangan minat, dan energi.
“Seseorang yang mengalami depresi sering kali merasa tidak ada harapan untuk pulih,” ujar Danti saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/9/2025).
Gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan kepribadian juga termasuk gangguan mental yang berat. Seseorang yang memiliki gangguan tersebut berpotensi memunculkan pikiran atau perilaku berisiko.
"Gangguan kepribadian ambang ditandai dengan ketidakstabilan emosi, hubungan interpersonal, dan citra diri. Individu dengan gangguan ini rentan terhadap perilaku impulsif dan merusak diri," terang Danti.
2. Tekanan emosional dan situasional
Kehilangan orang terkasih, perceraian, kegagalan karier, hingga masalah keuangan bisa menimbulkan rasa putus asa yang mendalam.
Trauma akibat pelecehan fisik, seksual, atau emosional juga meninggalkan luka psikologis jangka panjang.
Tak hanya itu, kesepian dan isolasi sosial daoat membuat seseorang merasa tidak berharga.
“Kurangnya dukungan keluarga atau lingkungan bisa membuat seseorang merasa tidak punya alasan untuk hidup,” jelas Danti.
3. Pola pikir negatif
Beberapa pola pikir negatif dapat menjadi pemicu munculnya perilaku berisiko, sehingga orang yang mengalaminya penting untuk segera berkonsultasi dengan psikolog.
Danti menyebut bahwa perasaan putus asa menjadi prediktor terkuat seseorang berpotensi melakukan hal berisiko.
Hal tersebut disebabkan individu merasa bahwa situasi mereka tidak akan pernah membaik dan tidak ada solusi untuk masalah yang dihadapi.
Distorsi kognitif adalah pandangan negatif terhadap diri sendiri, pengalaman hidup, dan masa depan.
"Hal ini dapat menyebabkan perasaan depresi dan pesimisme yang parah," kata Danti.
Seseorang yang merasa tidak berdaya akan merasa tidak memiliki kontrol atas hidupnya dan tidak mampu mengubah keadaan.
Kapan seseorang harus memeriksakan diri ke psikolog?
Danti menjelaskan, siapa saja sebaiknya segera menghubungi psikolog bila mengalami kondisi psikologis yang berat atau muncul perilaku berisiko.
Kondisi psikologis seperti depresi, ketidakstabilan emosi, mengalami trauma, krisis hidup, dan sebagainya menjadi salah satu faktornya. Terlebih lagi, kata dia, jika seseorang sudah punya leinginan untuk mengakhiri hidup, harus segera menghubungi profesional.
"Apalagi kalau sudah sering ada keinginan atau dorongan untuk mengakhiri hidup sangat besar atau tinggi, juga kalau sudah mulai menyakiti diri sendiri. Segera menghubungi professional," tegas Danti.
https://www.kompas.com/tren/read/2025/09/08/183000665/tanda-tanda-seseorang-perlu-segera-pergi-ke-psikolog