Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Bahan yang Jangan Ditambahkan dalam Kopi, Ini Alasan dan Dampaknya

Kompas.com - 08/07/2024, 10:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kopi merupakan minuman populer yang banyak dinikmati dengan berbagai cara.

Biasanya, kopi akan diminum sesaat setelah diseduh. Namun, beberapa orang juga perlu menambahkan bahan lain untuk memperkuat cita rasa dari minuman pahit tersebut.

Dikutip dari Eat This, Not This, meskipun bisa mengurangi rasa pahit, namun bahan tambahan yang dimasukkan ke kopi dapat menyumbang kalori ekstra yang dapat menyebabkan penambahan berat badan yang signifikan.

Lantas, apa saja bahan tambahan yang seharusnya tak dimasukkan ke dalam kopi?

Baca juga: Kopi Bisa Mengurangi Risiko Batu Ginjal atau Sebaliknya? Ini Kata Sains

Bahan yang tak seharusnya ditambahkan ke kopi

1. Pemanis buatan

Pemanis buatan jadi salah satu bahan yang sebaiknya tidak ditambahkan ke dalam kopi lantaran bisa menimbulkan berbagai risiko kesehatan jangka panjang. 

Hal itu karena pemanis buatan mengandung kalori ekstra yang bisa menyebabkan penambahan berat badan dan risiko obesitas bila dikonsumsi berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama.

Beberapa penelitian menemukan, konsumsi pemanis buatan secara teratur dapat menyebabkan seseorang lebih banyak makan makanan beraroma buatan dengan nilai gizi yang lebih rendah serta makan makanan berkalori tinggi sarat gula.

Selain itu, konsumsi pemanis buatan juga dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2.

Sebab, pemanis buatan seperti sakarin dan aspartam secara signifikan dapat memengaruhi bakteri usus di saluran pencernaan yang menyebabkan intoleransi glukosa.

Baca juga: Efek Minum Kopi Dapat Meningkatkan Kolesterol, Kok Bisa? Ini Penjelasan Ahli

2. Kental manis

Dilansir dari Eat This, Not This, kental manis menjadi bahan yang tidak sehat untuk ditambahkan ke dalam kopi.

Sebab, dua sendok makan kental manis mengandung 22 gram gula dan 130 kalori. Jumlah ini setara dengan kandungan gula yang ada dalam sebatang cokelat.

Jika ingin menambahkan susu, seseorang bisa menggunakan alternatif lain dengan menggunakan susu rendah lemak dan susu murni yang tidak ada gula tambahannya.

3. Krimer

Dalam pembuatan krimer, produsen harus menambahkan bahan tambahan sintetis sebagai pengawet. Salah satu bahan tambahan yang paling umum digunakan adalah natrium fosfat.

Meskipun dianggap aman, namun natrium fosfat merupakan zat aditif yang penggunaannya harus benar-benar diperhatikan lantaran dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah jantung.

Pusat Sains untuk Kepentingan Publik (CSPI) juga telah memasukkan natrium fosfat ke dalam daftar zat aditif yang harus dikurangi.

Ini berarti bahwa natrium fosfat tidak beracun, tetapi jumlahnya yang banyak dapat membahayakan kesehatan atau menyebabkan gizi buruk.

CSPI menjelaskan, sebagian orang mengonsumsi fosfor jauh lebih banyak daripada yang mereka butuhkan. Akibatnya, ini dapat berdampak buruk pada kesehatan ginjal, tulang, dan kardiovaskular, terutama bagi orang yang menderita penyakit ginjal.

Baca juga: Sering Buang Air Besar Setelah Minum Kopi? Ini Penyebabnya

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau