Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benua Australia Bergerak Makin Dekat ke Asia, Apa Dampaknya bagi Bumi?

Kompas.com - 01/03/2025, 08:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Benua Australia terus bergerak ke utara dengan kecepatan sekitar 2,8 inci atau 7 sentimeter (cm) per tahun.

Kecepatan ini kira-kira sama dengan kecepatan pertumbuhan kuku manusia, dikutip dari 
Business Today, Kamis (27/2/2025).

Para ilmuwan memperingatkan, pergerakan ini didorong oleh lempeng tektonik, yang pada akhirnya dapat menyebabkan Australia bertabrakan dengan Benua Asia.

Lantas, apa dampak pergeseran Benua Australia ke utara itu?

Baca juga: Australia Disebut Benua yang Bergerak Paling Cepat dan Makin Mendekati Asia, Benarkah?


Dampak pergeseran Benua Australia menuju Asia

Pergeseran Benua Australia ke utara mungkin terasa kecil dalam waktu singkat.

Akan tetapi, jika pergeseran ini terjadi dalam waktu jutaan tahun, maka fenomena itu dapat membentuk kembali lanskap, mengubah iklim, dan mengganggu ekosistem.

“Suka atau tidak suka, Benua Australia akan bertabrakan dengan Asia," kata Profesor Zheng-Xiang Li dari Curtin University yang telah mempelajari fenomena ini.

Dia menjelaskan, pergerakan ini mengikuti siklus alami di mana benua-benua terpisah dan kemudian menyatu lagi, sebuah proses yang telah berulang kali terjadi dalam sejarah Bumi.

Pergerakan Australia ke utara dimulai sekitar 80 juta tahun yang lalu, ketika Australia memisahkan diri dari Antarktika.

Selama 50 juta tahun terakhir, lempeng ini terus bergerak ke arah Asia sebagai bagian dari Lempeng Indo-Australia yang lebih besar.

Para ilmuwan memperkirakan, ketika tabrakan yang tak terelakkan itu terjadi, hal ini akan memicu transformasi geologi dan lingkungan yang besar.

Selain pergeseran geologis, dampaknya terhadap keanekaragaman hayati bisa sangat besar.

Pasalnya, Australia adalah rumah bagi spesies unik seperti kanguru, wombat, dan platipus, yaitu hewan yang berevolusi secara terisolasi.

Namun, seiring dengan semakin dekatnya Benua Australia ke Asia, pada akhirnya benua ini dapat menyatu dengan ekosistem yang mendukung spesies yang sama sekali berbeda.

Pada akhirnya, hal ini menimbulkan konsekuensi ekologis yang tidak dapat diprediksi.

Baca juga: Gelombang Panas Ekstrem Landa Australia, Apa Dampaknya Bagi Indonesia?

Gangguan yang terjadi sekarang

Pergerakan Benua Australia menuju Asia berdampak pada sistem GPS.shutterstock Pergerakan Benua Australia menuju Asia berdampak pada sistem GPS.
Pergeseran Benua Australia ke Asia tidak hanya menjadi perhatian di masa depan, tetapi juga sudah menyebabkan masalah di masa sekarang ini.

Pada 2016 para peneliti menemukan, pergerakan Australia telah menggeser koordinat GPS-nya sejauh 1,5 meter, sehingga memaksa negara tersebut untuk memperbarui sistem penentuan posisi resminya sejauh 1,8 meter untuk menjaga keakuratannya.

Seiring dengan pergeseran benua ini, sistem navigasi, infrastruktur, dan pemetaan satelit akan membutuhkan pembaruan rutin untuk mencegah kesalahan.

Pergeseran ini dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi industri yang mengandalkan data lokasi yang akurat, termasuk kendaraan otonom, pertanian presisi, dan penerbangan.

Baca juga: Menteri Transportasi Australia Mundur Usai Gunakan Sopir Kantor untuk Kepentingan Pribadi

Australia bergerak mendekati Indonesia

Peneliti Geologi dan Kebencanaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Danny Hilman Natawidjaja mengatakan, Australia bergerak mendekati Asia atau lebih spesifiknya ke Indonesia dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.

Pergerakan ini terjadi sejak lama dan disebabkan oleh lempeng yang saling bertumbukan.

Dua lempeng yang bertemu di wilayah Indonesia bagian tengah dan barat mengakibatkan salah satunya menghunjam ke bawah lempeng lainnya.

"Karena lempengnya itu (Australia) bagian kerak samudranya ditunjamkan di zona subduksi yang menjadi gempa megathrust yang ada di bawah Pulau Jawa," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (26/2/2025).

Sementara, di bagian Indonesia timur, lempeng tidak menghunjam ke bawah melainkan bertabrakan. Peristiwa ini juga terjadi sejak lama dan akan terus berlangsung seperti itu.

Daerah timur Indonesia, pada dasarnya adalah pecahan Australia.

"Di timur itu sebetulnya berasal dari Australia dulunya. Jadi (dulu) sudah ditabrakkan terus loncat istilahnya ke pulau timur yang ada di Kepulauan Indonesia. Lama-lama semuanya ditabrakkan dan jadi satu Australia sama Indonesia," pungkasnya.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Tren
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Tren
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau