KOMPAS.com - Para ilmuwan meyakini bahwa fosil dinosaurus dapat menjadi kunci penemuan pengetahuan baru soal kanker, dan bahkan mungkin menuju penemuan pengobatan kanker di masa depan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Biology oleh para peneliti dari Anglia Ruskin University (ARU) dan Imperial College London telah mengidentifikasi struktur mirip sel darah merah yang diawetkan dalam fosil dinosaurus.
Temuan ini meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk prasejarah dapat digunakan untuk mempelajari tumor purba, membantu melengkapi “teka-teki” blok bangunan molekuler kanker, dan berpotensi memengaruhi pengobatan masa depan untuk manusia.
Baca juga: Temuan Baru Fosil Manusia Purba Berusia 140.000 Tahun di Dasar Selat Madura
Seorang ahli onkologi di ARU, Justin Stebbing mengatakan, ide penelitian ini dimulai pada 2016, usai dia membaca artikel tentang penemuan fosil baru di Rumania yang memiliki tumor di rahangnya.
Dikutip dari The Independent, Kamis (29/5/2025), sisa-sisa fosil tersebut merupakan Telmatosaurus transsylvanicus, yaitu kadal rawa berparuh bebek dan pemakan tumbuhan.
Spesimen itu hidup antara 66-70 juta tahun yang lalu di Cekungan Hateg, yang sekarang bernama Rumania.
“Justin berkata, 'teman-teman, saya ingin mengambil tumor ini dan melihat apa yang bisa kita dapatkan darinya,'” kata Dr Biancastella Cereser, seorang spesialis kanker di Imperial.
“Kami ingin melihat apakah tumor pada dinosaurus ini dapat memberi kami informasi tentang kesamaan dengan kanker pada manusia, karena tumor yang dimiliki dinosaurus ini adalah ameloblastoma, tumor jinak di rahang, yang juga dimiliki manusia," tambahnya.
Baca juga: Fosil Utuh Archaeopteryx Jawab Misteri Evolusi Dinosaurus Bisa Terbang
Sejak 2017, sebuah tim sudah dibentuk dengan tiga ilmuwan yang secara tradisional meneliti kanker pada manusia.
Mereka adalah Profesor Stebbing, Dr Cereser, dan Profesor Pramodh Chandrasinghe dari Universitas Kelaniya di Sri Lanka.
“Kami pergi ke Rumania dan mengambil spesimennya. Kami membawanya kembali, dan pada dasarnya kami mengebornya dengan bor yang sangat, sangat, sangat halus," kata Cereser.
“Kemudian kami memasangnya ke dalam mikroskop yang sangat canggih dan memotretnya. Apa yang kami lihat di dalamnya, ada beberapa struktur, beberapa bentuk, yang tampak seperti sel darah," tambahnya.
Para peneliti menggunakan teknik Scanning Electron Microscopy (SEM).
Teknik ini memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi struktur dengan kepadatan rendah yang menyerupai eritrosit, atau sel darah merah, di dalam tulang fosil.
Baca juga: Fosil Semut Tertua di Dunia Ditemukan, Berumur 113 Juta Tahun
Menurut Stebbing, sampai saat ini, catatan fosil dan penemuan benda-benda purba sangat menarik, terutama jika menemukan benda-benda keras seperti kerang atau kerangka untuk menilai jaringan.