KOMPAS.com - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali mengguncang pasar global.
Perang Israel-Iran sejak Jumat (13/6/2025) telah memicu kepanikan investor dan mendorong mereka mencari perlindungan pada aset-aset safe haven.
Salah satu yang paling diburu adalah emas, yang langsung mencatat lonjakan harga signifikan di awal konflik.
Menurut laporan Reuters, harga emas spot tercatat naik 1,3 persen menjadi 3.428,10 dolar AS (sekitar (Rp 56,1 juta) per ons pada Jumat (13/6/2025) lalu, mendekati rekor tertinggi sebelumnya sebesar 3.500,05 dolar AS (sekitar Rp 57,3 juta) yang tercapai pada April lalu.
Kenaikan tajam ini menjadikan emas menguat sekitar 4 persen dalam sepekan, menegaskan kembali perannya sebagai aset pelindung utama di tengah gejolak politik dan ancaman konflik yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.
Lantas, apakah harga emas akan naik signifikan jika perang Israel-Iran meningkat?
Baca juga: Pertama Kali, Iran Luncurkan Rudal Balistik Sejjil dalam Serangan ke Israel
Ekonom Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Wahyu Widodo, mengatakan lonjakan harga emas baru-baru ini menunjukkan bagaimana pasar merespons gejolak geopolitik, terutama konflik Israel-Iran.
Reaksi awal pasar terhadap pecahnya perang ini langsung terlihat dari melonjaknya harga emas.
"Yang menarik adalah reaksi awal dari pasar dari perang Iran-Israel, harga emas langsung naik," ujar Wahyu kepada Kompas.com, Kamis (19/6/2025).
Namun, lanjutnya, kenaikan ini bukanlah fenomena yang berdiri sendiri.
Menurut Wahyu, ketidakpastian global sebenarnya telah berlangsung sejak memanasnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat.
Baca juga: Korea Utara Kecam Serangan Israel ke Iran, Keluarkan Peringatan
"Dalam situasi seperti ini, para investor cenderung mengalihkan dana mereka ke aset safe-haven atau aset lindung nilai, dan emas selalu menjadi pilihan utama karena dianggap paling aman," ujarnya.
Senada, ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Eddy Junarsin menjelaskan, ketika situasi global tidak menentu, para investor cenderung enggan menempatkan dananya dalam investasi jangka panjang karena dianggap berisiko.
Ketidakpastian membuat mereka lebih berhati-hati dan memilih instrumen yang lebih aman dan fleksibel.
"Oleh karena itu, permintaan terhadap emas dan instrumen investasi jangka pendek biasanya meningkat, yang kemudian mendorong kenaikan harga kedua jenis aset tersebut," katanya saat dihubungi secara terpisah, Kamis (19/6/2025).
Baca juga: AS Disebut Pindahkan 30 Pesawat Militer ke Eropa, Konflik Iran-Israel Memanas