Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basarnas Jelaskan Alasan Evakuasi Pendaki Brasil dari Gunung Rinjani Tak Bisa Gunakan Helikopter

Kompas.com - 27/06/2025, 08:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pendaki asal Brasil, Juliana Marins (26) ditemukan meninggal dunia usai terjatuh ke jurang di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (21/6/2025).

Jenazah Juliana akhirnya berhasil diangkat dari kedalaman 600 meter pada Rabu (25/6/2025) sekitar pukul 15.50 Wita.

Peristiwa ini menjadi sorotan publik lantaran proses evakuasi korban membutuhkan waktu berhari-hari.

Beberapa warganet pun mempertanyakan proses evakuasi yang tidak menggunakan helikopter.

"Someone please enlighten me, kenapa ngga bisa di rescue pake heli dari awal? Cuma karna cuaca atau faktor lain?" tulis akun X, @lingu****, Rabu (25/6/2025).

Lantas, mengapa evakuasi Juliana Marins tidak menggunakan helikopter?

Baca juga: Warganet Brasil Kritik Lamanya Evakuasi Juliana di Gunung Rinjani, Basarnas Jelaskan Kondisi Medannya

Alasan evakuasi Juliana tak bisa gunakan helikopter

Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM), Basarnas, Emi Freezer mengatakan, tidak semua evakuasi korban kecelakaan gunung bisa menggunakan helikopter.

"Penggunaan heli tergantung pada kondisi medan, cuaca, serta karakteristik lokasi dan teknis penerbangan," kata Emi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/6/2025).

Menurutnya, ada empat alasan teknis dan keselamatan yang membuat helikopter tidak selalu bisa digunakan sebagai alat evakuasi.

Baca juga: 4 Fakta Pendaki Brasil Jatuh ke Jurang Gunung Rinjani, Evakuasi Terkendala Medan dan Cuaca

1. Medan vertikal

Emi menjelaskan, lokasi korban berada di lereng atau jurang curam yang tidak memiliki ruang cukup untuk manuver helikopter, baik untuk hovering (menggantung di udara) maupun landing.

"Jika tidak ada tempat mendarat atau menurunkan winch dengan aman, maka heli tidak bisa digunakan," ujarnya.

2. Turbulensi dan angin lereng

Pada gunung tinggi, terutama jurang dan lembah, ada potensi terjadinya angin vertikal dan turbulensi yang sangat berbahaya.

Apabila rotor terkena aliran udara tak stabil, helikopter bisa kehilangan daya angkat dan berisiko jatuh.

Baca juga: Mengenal Kesulitan Penyelamatan dengan Teknik Vertical Rescue seperti di Gunung Rinjani

3. Visibility dan cuaca buruk

Awan rendah, kabut, hujan, dan kecepatan angin juga memengaruhi jarak pandang pilot dan kestabilan heli.

"Di Rinjani, tim heli dari PT AMMAN dan Basarnas pun melaporka evakuasi tidak memungkinkan karena kabut tebal dan angin keras," jelas dia.

4. Debu vulkanik dan batuan longgar

Tak hanya itu, balutan pasir vulkanik dan medan berdebu juga dapat teraduk oleh baling-baling helikopter (downwash), serta membahayakan mesin, rotor, dan personel di bawah.

Baca juga: Media Asing Soroti Juliana Ditemukan Tewas di Rinjani, Singgung Rekayasa Penyelamatan dan Tanggapan Keluarga

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau