KOMPAS.com - Pendaki asal Brasil, Juliana Marins (26) ditemukan meninggal dunia usai terjatuh ke jurang di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (21/6/2025).
Jenazah Juliana akhirnya berhasil diangkat dari kedalaman 600 meter pada Rabu (25/6/2025) sekitar pukul 15.50 Wita.
Peristiwa ini menjadi sorotan publik lantaran proses evakuasi korban membutuhkan waktu berhari-hari.
Beberapa warganet pun mempertanyakan proses evakuasi yang tidak menggunakan helikopter.
"Someone please enlighten me, kenapa ngga bisa di rescue pake heli dari awal? Cuma karna cuaca atau faktor lain?" tulis akun X, @lingu****, Rabu (25/6/2025).
Lantas, mengapa evakuasi Juliana Marins tidak menggunakan helikopter?
Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM), Basarnas, Emi Freezer mengatakan, tidak semua evakuasi korban kecelakaan gunung bisa menggunakan helikopter.
"Penggunaan heli tergantung pada kondisi medan, cuaca, serta karakteristik lokasi dan teknis penerbangan," kata Emi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/6/2025).
Menurutnya, ada empat alasan teknis dan keselamatan yang membuat helikopter tidak selalu bisa digunakan sebagai alat evakuasi.
Baca juga: 4 Fakta Pendaki Brasil Jatuh ke Jurang Gunung Rinjani, Evakuasi Terkendala Medan dan Cuaca
Emi menjelaskan, lokasi korban berada di lereng atau jurang curam yang tidak memiliki ruang cukup untuk manuver helikopter, baik untuk hovering (menggantung di udara) maupun landing.
"Jika tidak ada tempat mendarat atau menurunkan winch dengan aman, maka heli tidak bisa digunakan," ujarnya.
Pada gunung tinggi, terutama jurang dan lembah, ada potensi terjadinya angin vertikal dan turbulensi yang sangat berbahaya.
Apabila rotor terkena aliran udara tak stabil, helikopter bisa kehilangan daya angkat dan berisiko jatuh.
Baca juga: Mengenal Kesulitan Penyelamatan dengan Teknik Vertical Rescue seperti di Gunung Rinjani
Awan rendah, kabut, hujan, dan kecepatan angin juga memengaruhi jarak pandang pilot dan kestabilan heli.
"Di Rinjani, tim heli dari PT AMMAN dan Basarnas pun melaporka evakuasi tidak memungkinkan karena kabut tebal dan angin keras," jelas dia.
Tak hanya itu, balutan pasir vulkanik dan medan berdebu juga dapat teraduk oleh baling-baling helikopter (downwash), serta membahayakan mesin, rotor, dan personel di bawah.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini