Benarkah Nasi di Rice Cooker Lebih dari 6 Jam Berubah Jadi Racun? Ini Kata 3 Ahli

KOMPAS.com - Warganet diramaikan dengan narasi yang menyebut nasi berubah menjadi racun jika dipanaskan lebih dari enam jam di rice cooker.

Informasi ini diunggah oleh pengguna akun @kebunliamar****** di Instagram dalam bentuk video pendek pada Minggu (29/6/2025).

"Nasi yang berada di rice cooker lebih dari 6 jam yang dihangatkan berubah menjadi racun yang memicu kanker dan diabetes," bunyi keterangan dalam video. 

Video tersebut lalu viral dan telah ditonton hingga 3 juta tayangan, kemudian memantik beragam komentar dari warganet. Sebagian mempercayainya, sebagian lainnya meragukan informasi tersebut.

Baca juga: Kucing Makan Nasi Bisa Sebabkan Diabetes, Berpotensi Alami 5 Komplikasi Ini

"Alhamdulillah kami sekeluarga pencinta nasi dingin," tulis pengguna akun @4kbar4z***.

"Owalah baru tauuu, seringnya suka lama malah sampe nasi kering jadi gak enak dan dibuang nasinya," ungkap pemilik akun @angg***.

"Sumber? Jurnal mana?" kata @kisafid** yang turut meragukan kredibilitas informasi tersebut.

Lantas, benarkah nasi berubah menjadi racun ketika lebih dari enam jam dipanaskan di rice cooker?

Baca juga: Pemain Baru Manchester City, Tijjani Reijnders Sebut Nasi Goreng Jadi Makanan Favoritnya

Benarkah nasi di rice cooker lebih dari 6 Jam jadi racun?

Sejumlah pakar kesehatan dan gizi membantah narasi soal nasi berubah menjadi racun jika dipanaskan lebih dari enam jam di rice cooker.

Dokter dan ahli gizi masyarakat dr. Tan Shot Yen menegaskan bahwa informasi tersebut tidak berdasar.

"Ah, kata siapa nasi yang dipanaskan di rice cooker lebih dari enam jam itu jadi racun?" ujar dr. Tan kepada Kompas.com, Selasa (8/7/2025).

Menurutnya, nasi tetap aman dikonsumsi meski dipanaskan selama berjam-jam. 

Baca juga: Bolehkah Penderita Diabetes Makan Nasi Setiap Hari?

Ia menambahkan, yang perlu diperhatikan justru adalah suhu penyimpanan nasi agar tidak memicu pertumbuhan bakteri.

"Yang pasti, suhu 5–60 derajat Celsius itu adalah suhu kritis di mana bakteri bisa tumbuh," jelasnya.

Senada dengan Tan, Guru Besar Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Ali Khomsan, juga membantah klaim tersebut.