Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Bekasi Senin Petang Disebut akibat Sesar Beribis, Ini Faktanya

Kompas.com - 15/07/2025, 13:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa darat berkekuatan M 2,6 mengguncang di Kelurahan Sukamukti, Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Senin (14/7/2025) pukul 18.39.02 WIB.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, gempa berada di daratan dengan kedalaman 5 kilometer.

Dalam kolom komentar unggahan BMKG, warganet ramai-ramai mengaitkan gempa tersebut dengan Sesar Baribis.

Lalu, benarkah gempa Bekasi dipicu oleh Sesar Baribis?

Baca juga: Komik Ramalan Gempa Jepang Ditonton 100 Juta Kali, Bikin Warga dan Turis Panik

Penjelasan BMKG

Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, gempa Bekasi pada Senin petang bukan dipicu oleh sesar Baribis.

Menurutnya, gempa ini diduga kuat dipicu oleh West Java back-arc thrust.

"Gempa ini diduga kuat dipicu West Java back-arc thrust," kata Daryono saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/7/2025).

Daryono menyampaikan, West Java back-arc thrust merupakan sesar naik yang berada di Pulau Jawa bagian utara.

Baca juga: Banyak Wisatawan Batal Pergi ke Jepang karena Ramalan Gempa dari Manga, Kapan?

Hal ini bisa muncul karena kompleksitas tektonik, dampak tak langsung tumbukan lempeng Indo-Australia, dan lempeng Eurasia.

"Pulau Jawa berada di zona pertemuan lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa," jelas dia.

Namun, dampaknya tidak hanya terasa di selatan.

Di bagian utara Jawa, gaya kompresi dari arah selatan itu menjalar jauh hingga menyebabkan tekanan dan deformasi kerak Bumi hingga ke wilayah Jawa bagian utara.

Daryono menjelaskan, gaya kompresi tersebut bisa menyebabkan terbentuknya sesar naik (thrust fault) sebagai bentuk akomodasi tekanan di kerak benua.

Tekanan dari arah selatan yang terus-menerus ini bisa mengangkat blok-blok batuan melalui mekanisme sesar naik. 

Baca juga: Bisakah Indonesia Punya Sistem Peringatan Gempa via Notifikasi HP? Ini Kata BMKG

Karena kebanyakan sesar di Jawa utara berupa struktur geologi tua (pra-tersier), maka akan aktif kembali oleh tekanan tektonik.

"Saat mengalami reaktivasi dalam kondisi tegasan kompresi, struktur lama tersebut bisa berubah menjadi sesar naik," ujarnya.

Aktivitas ini juga terkadang berkaitan dengan munculnya zona pelipatan dan pengangkatan (fold-and-thrust belt) di wilayah Jawa bagian utara.

Daryono menambahkan, sesar naik di bagian utara Pulau Jawa terbentuk akibat gaya kompresi regional dari interaksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang menjalar hingga wilayah utara.

"Proses ini juga melibatkan reaktivasi struktur geologi tua dan kondisi geologi cekungan yang mendukung terbentuknya struktur tektonik seperti sesar naik," pungkasnya.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau