KOMPAS.com - Gempa darat berkekuatan M 2,6 mengguncang di Kelurahan Sukamukti, Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Senin (14/7/2025) pukul 18.39.02 WIB.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, gempa berada di daratan dengan kedalaman 5 kilometer.
Dalam kolom komentar unggahan BMKG, warganet ramai-ramai mengaitkan gempa tersebut dengan Sesar Baribis.
Lalu, benarkah gempa Bekasi dipicu oleh Sesar Baribis?
Baca juga: Komik Ramalan Gempa Jepang Ditonton 100 Juta Kali, Bikin Warga dan Turis Panik
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, gempa Bekasi pada Senin petang bukan dipicu oleh sesar Baribis.
Menurutnya, gempa ini diduga kuat dipicu oleh West Java back-arc thrust.
"Gempa ini diduga kuat dipicu West Java back-arc thrust," kata Daryono saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/7/2025).
Daryono menyampaikan, West Java back-arc thrust merupakan sesar naik yang berada di Pulau Jawa bagian utara.
Baca juga: Banyak Wisatawan Batal Pergi ke Jepang karena Ramalan Gempa dari Manga, Kapan?
Hal ini bisa muncul karena kompleksitas tektonik, dampak tak langsung tumbukan lempeng Indo-Australia, dan lempeng Eurasia.
"Pulau Jawa berada di zona pertemuan lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa," jelas dia.
Namun, dampaknya tidak hanya terasa di selatan.
Di bagian utara Jawa, gaya kompresi dari arah selatan itu menjalar jauh hingga menyebabkan tekanan dan deformasi kerak Bumi hingga ke wilayah Jawa bagian utara.
Daryono menjelaskan, gaya kompresi tersebut bisa menyebabkan terbentuknya sesar naik (thrust fault) sebagai bentuk akomodasi tekanan di kerak benua.
Tekanan dari arah selatan yang terus-menerus ini bisa mengangkat blok-blok batuan melalui mekanisme sesar naik.
Baca juga: Bisakah Indonesia Punya Sistem Peringatan Gempa via Notifikasi HP? Ini Kata BMKG
Karena kebanyakan sesar di Jawa utara berupa struktur geologi tua (pra-tersier), maka akan aktif kembali oleh tekanan tektonik.
"Saat mengalami reaktivasi dalam kondisi tegasan kompresi, struktur lama tersebut bisa berubah menjadi sesar naik," ujarnya.
Aktivitas ini juga terkadang berkaitan dengan munculnya zona pelipatan dan pengangkatan (fold-and-thrust belt) di wilayah Jawa bagian utara.
Daryono menambahkan, sesar naik di bagian utara Pulau Jawa terbentuk akibat gaya kompresi regional dari interaksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang menjalar hingga wilayah utara.
"Proses ini juga melibatkan reaktivasi struktur geologi tua dan kondisi geologi cekungan yang mendukung terbentuknya struktur tektonik seperti sesar naik," pungkasnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini