KOMPAS.com - Sebagian orang mungkin mengira bahwa psikopat berasal dari masa kecil yang traumatis atau lingkungan keluarga yang rusak.
Namun, seorang ahli saraf dengan 15 tahun pengalaman dalam penelitian otak mengatakan bahwa temuannya menunjukkan hal sebaliknya, dilansir dari Business Insider (25/11/2022).
Profesor psikologi dan ahli saraf dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat (AS), Abigail Marsh menjelaskan, akar dari kondisi ini sering kali berkaitan dengan perkembangan otak.
“Kita tahu bahwa tingkat keparahan sifat-sifat psikopat berkaitan dengan kelainan pada otak yang tampaknya sudah muncul sejak masa kanak-kanak dan berkembang seiring waktu,” ujar Marsh, yang juga mendirikan lembaga nirlaba penelitian Psychopathy Is.
Marsh menjelaskan, psikopati berada dalam suatu spektrum, dari yang ringan hingga berat, di mana ada orang yang lebih manipulatif, suka ambil risiko, dan bersikap mengancam dibandingkan yang lain.
Meski tingkatannya berbeda, menurut Marsh, para psikopat umumnya memiliki empat ciri utama.
Lantas, apa saja ciri-ciri utama dari psikopat?
Baca juga: Ilmuwan Ciptakan Tes untuk Ketahui Kecenderungan Psikopat pada Kucing, Ini Cara Kerjanya
Dilansir dari Psychology Today, psikopat bisa tampak normal, bahkan menawan.
Namun di balik penampilan tersebut, mereka tidak memiliki hati nurani. Sifat antisosial mereka membuat mereka cenderung (meskipun tidak selalu) terlibat dalam perilaku kriminal.
Berikut beberapa ciri-ciri utama psikopat menurut para ahli:
Ciri pertama, menurut Marsh, orang yang berada dalam spektrum psikopati kesulitan merasakan belas kasih atau rasa iba.
Ketika seseorang di sekitar mereka merasa sedih atau takut, psikopat tidak bisa benar-benar memahami perasaan tersebut karena mereka sendiri tidak pernah merasakannya.
Marsh memberikan contoh dari seorang anak laki-laki usia sekolah dasar yang pernah ia teliti.
Anak tersebut merekam reaksi guru dan teman-temannya yang berteriak, menangis, dan panik saat mengira sedang terjadi serangan teroris di sekolah mereka.
Menurut Marsh, orang dengan psikopati juga hampir tidak merasa bersalah ketika menyakiti orang lain, baik secara mental, emosional, maupun fisik.