KOMPAS.com - Sejumlah negara meningkatkan pengiriman bantuan udara Gaza di tengah krisis kelaparan yang semakin memburuk.
Metode airdrop bantuan Gaza dipakai untuk menyalurkan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan darurat ke wilayah yang sulit dijangkau.
Namun, kapasitasnya dinilai jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan 2 juta penduduk, sementara kritik terhadap efektivitas dan keamanannya terus mengemuka.
Baca juga: Realitas di Gaza, Balita Minum Campuran Air, Tepung, dan Garam karena Tak Ada Susu
Salah satu insiden terbaru menyoroti risiko dari metode ini. Paket bantuan yang dijatuhkan di area padat penduduk menyebabkan kematian remaja 14 tahun bernama Muhannad Eid.
Kejadian serupa juga menimbulkan korban luka, memicu perdebatan mengenai keamanan pengiriman bantuan lewat udara.
Lantas, negara mana saja yang mengirimkan bantuan dengan cara ini dan mengapa menuai kritik?
Berdasarkan pantauan Kompas.com, sejumlah negara berencana dan telah mengirimkan bantuan untuk Gaza melalui jalur udara.
Berikut daftar negara yang mengirim bantuan dengan metode airdrops:
Di antara daftar tersebut, setidaknya tujuh negara berkoordinasi dengan Israel Defence Force (IDF) untuk mengirim bantuan ke Gaza.
"Pengiriman bantuan udara lebih dari 131 paket makanan untuk warga Gaza dilakukan oleh IDF bekerja sama dengan Uni Emirat Arab, Yordania, Jerman, Belgia, Prancis, Belanda, dan Italia," tulis IDF di X, Minggu (10/8/2025).
Baca juga: Spanyol Bakal Kirim 12 Ton Bantuan ke Gaza lewat Jalur Udara, Begini Skemanya
Berbagai pihak termasuk relawan di Gaza menilai, mengirimkan bantuan melalui jalur udara tidak efektif dan berbahaya bagi para penduduk.
Bukannya mengentaskan kelaparan, malahan kiriman ini dapat menimbulkan kekacauan baru.
“Pengiriman bantuan lewat udara itu justru menimbulkan kekacauan,” kata Dr. Umar Burney, dokter bedah ortopedi asal Texas yang menjadi relawan di Gaza, dikutip dari NBC News, Sabtu (9/8/2025).
Ia menambahkan telah merawat “banyak pasien yang tertimpa bantuan yang dijatuhkan tanpa rencana dan tanpa pemberitahuan, benar-benar jatuh tepat di kepala mereka.”
Medecins Sans Frontieres (MSF) juga menyatakan keprihatinan atas situasi ini.