KOMPAS.com - Pemilihan jenis genteng menjadi langkah penting saat membangun rumah atau bangunan modern agar bisa awet.
Selain itu, hal ini juga untuk memastikan daya tahan bangunan dan mengurangi risiko kerusakan akibat hujan deras serta angin kencang.
Ada berbagai pilihan material atap yang umum digunakan, seperti genteng tanah liat, genteng beton, dan atap metal. Masing-masing memiliki keunggulan sekaligus keterbatasan.
Lalu, manakah yang paling awet dan cocok untuk menghadapi kondisi cuaca Indonesia saat ini?
Baca juga: Lebih Baik Pakai Bata Merah atau Bata Ringan untuk Bangun Rumah Modern? Ini Kata Arsitek
Arsitek sekaligus pendiri Green Building Council Indonesia, Ariko Andikabina, menjelaskan genteng tanah liat, genteng beton, maupun genteng metal masing-masing memiliki kelebihan dan kekuatan tersendiri.
Meski begitu, menurut dia, semua jenis atap ini pada dasarnya relatif aman dari risiko bocor, termasuk atap berbahan komposit seperti UPVC.
Asalkan, kata Ariko, pemasangan dilakukan dengan benar, terutama terkait kemiringan dan teknik pemasangan.
“Untuk genteng tanah liat maupun beton, kemiringan minimal harus 30 derajat,” kata Ariko kepada Kompas.com, Rabu (27/8/2025).
Ia menambahkan, kemiringan atap bisa juga dibuat lebih curam, misalnya 45–60 derajat, sesuai desain bangunan.
Bahkan, jika lebih dari 60 derajat, atap akan menyerupai wall cladding atau dinding miring.
"Beberapa arsitek mulai mengeksplorasi konsep ini," jelasnya.
Sebaliknya, kemiringan kurang dari 30 derajat berisiko menimbulkan kebocoran. Hal ini terjadi karena air hujan bisa masuk melalui celah genteng akibat dorongan angin atau sifat kapilaritas air.
Baca juga: Ketika Atap Bioskop di Argentina Ambruk Saat Pemutaran Film Final Destination...
Sementara itu, atap sheet (metal atau UPVC) bisa menggunakan kemiringan yang lebih landai hingga 5 derajat.
Menurut Ariko, kemiringan maksimum yang diperbolehkan harus dicek pada sheet spesifikasi pada setiap material, karena ketentuannya bisa berbeda-beda.
Selain itu, hal penting yang perlu diperhatikan adalah overlap antar-bahan agar air tidak masuk melalui celah akibat kapilaritas atau tekanan angin.