KOMPAS.com - Seorang warganet di Instagram menyebut bahwa pada era kolonial Belanda, penderitaan rakyat Indonesia bukan sepenuhnya disebabkan oleh kekejaman pemerintah Belanda, melainkan karena upah kerja mereka dikorupsi pejabat pribumi.
Ia menyinggung salah satu proyek besar pada masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, yakni pembangunan Jalan Anyer–Panarukan.
Menurutnya, proyek tersebut sebenarnya memberikan upah bagi para pekerja. Namun, upah itu justru dikorupsi oleh pejabat lokal sehingga rakyat sengsara.
“Masih ingatkah kalian dalam buku sejarah SD, Daendels disebut bertanggung jawab atas kematian belasan ribu orang karena kerja paksa membangun jalan Anyer–Panarukan. Ternyata, Daendels sebenarnya sudah memberi upah, yang diteruskan kepada pejabat pribumi. Namun, upah tersebut tidak sampai ke pekerja. Inilah yang menimbulkan kematian para pekerja paksa,” tulis akun @jugo***** pada Selasa (4/3/2025).
Selama ini, pembangunan Jalan Anyer–Panarukan diingat sebagai proyek kerja rodi yang menelan ribuan korban. Kisah itu tertanam kuat dalam buku pelajaran sejarah di sekolah, bahkan menjadi bagian dari ingatan kolektif bangsa.
Namun, benarkah penderitaan rakyat kala itu disebabkan oleh korupsi pejabat lokal, bukan sepenuhnya oleh Daendels?
Baca juga: Sejarah Mencatat, DPR RI Pernah Dibekukan Presiden, Apa Alasannya?
Dosen Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS), Harto Juwono, menyebut narasi tersebut terbilang relatif. Pasalnya, kisah penderitaan rakyat akibat proyek jalan Anyer–Panarukan selama ini hanya bersumber dari satu laporan.
“Persoalan betul atau tidak, itu relatif. Tapi yang jelas, pembangunan dilakukan dengan kerja wajib atau kerja bakti sesuai aturan adat saat itu,” ujarnya saat dimintai informasi Kompas.com, Rabu (27/8/2025).
Narasi ribuan korban jiwa muncul dari laporan Nicolaas Engelhard, Gubernur Pantura yang kala itu mengirim laporan kepada Raja Belanda Willem I di Den Haag.
Dalam laporan itu disebutkan:
Namun, menurut Harto, laporan Engelhard berpotensi bias. Engelhard sendiri pernah dipecat karena korupsi dan dikenal berseteru dengan Daendels.
“Daendels loyal kepada Napoleon, sementara Engelhard loyal kepada Willem I. Jadi bisa saja ada kepentingan politik,” jelasnya.
Sayangnya, hingga kini hanya laporan Engelhard yang ditemukan di Belanda. Laporan Daendels yang dikirim ke Paris tidak pernah ditemukan.
Baca juga: Sejarah Tradisi Lilin Ulang Tahun, Berawal dari Ritual Sakral
Harto mengungkapkan isi laporan Engelhard yang dikirim kepada Raja Belanda Willem I, berikut isi laporan tersebut.