Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Proyek Jalan Anyer–Panarukan, Rakyat Sengsara karena Daendels atau Korupsi Pejabat Pribumi?

Kompas.com - 29/08/2025, 08:30 WIB
Fatimah Az Zahra,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang warganet di Instagram menyebut bahwa pada era kolonial Belanda, penderitaan rakyat Indonesia bukan sepenuhnya disebabkan oleh kekejaman pemerintah Belanda, melainkan karena upah kerja mereka dikorupsi pejabat pribumi.

Ia menyinggung salah satu proyek besar pada masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, yakni pembangunan Jalan Anyer–Panarukan.

Menurutnya, proyek tersebut sebenarnya memberikan upah bagi para pekerja. Namun, upah itu justru dikorupsi oleh pejabat lokal sehingga rakyat sengsara.

Masih ingatkah kalian dalam buku sejarah SD, Daendels disebut bertanggung jawab atas kematian belasan ribu orang karena kerja paksa membangun jalan Anyer–Panarukan. Ternyata, Daendels sebenarnya sudah memberi upah, yang diteruskan kepada pejabat pribumi. Namun, upah tersebut tidak sampai ke pekerja. Inilah yang menimbulkan kematian para pekerja paksa,” tulis akun @jugo***** pada Selasa (4/3/2025).

Selama ini, pembangunan Jalan Anyer–Panarukan diingat sebagai proyek kerja rodi yang menelan ribuan korban. Kisah itu tertanam kuat dalam buku pelajaran sejarah di sekolah, bahkan menjadi bagian dari ingatan kolektif bangsa.

Namun, benarkah penderitaan rakyat kala itu disebabkan oleh korupsi pejabat lokal, bukan sepenuhnya oleh Daendels?

Baca juga: Sejarah Mencatat, DPR RI Pernah Dibekukan Presiden, Apa Alasannya?

Narasi tunggal dari satu sumber

Dosen Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS), Harto Juwono, menyebut narasi tersebut terbilang relatif. Pasalnya, kisah penderitaan rakyat akibat proyek jalan Anyer–Panarukan selama ini hanya bersumber dari satu laporan.

“Persoalan betul atau tidak, itu relatif. Tapi yang jelas, pembangunan dilakukan dengan kerja wajib atau kerja bakti sesuai aturan adat saat itu,” ujarnya saat dimintai informasi Kompas.com, Rabu (27/8/2025).

Narasi ribuan korban jiwa muncul dari laporan Nicolaas Engelhard, Gubernur Pantura yang kala itu mengirim laporan kepada Raja Belanda Willem I di Den Haag.

Dalam laporan itu disebutkan:

  • Jalan Anyer–Panarukan dikerjakan dengan kerja rodi, yakni kerja paksa untuk narapidana
  • Proyek tersebut menelan korban hingga 10.000 jiwa akibat kelaparan dan siksaan

Namun, menurut Harto, laporan Engelhard berpotensi bias. Engelhard sendiri pernah dipecat karena korupsi dan dikenal berseteru dengan Daendels.

“Daendels loyal kepada Napoleon, sementara Engelhard loyal kepada Willem I. Jadi bisa saja ada kepentingan politik,” jelasnya.

Sayangnya, hingga kini hanya laporan Engelhard yang ditemukan di Belanda. Laporan Daendels yang dikirim ke Paris tidak pernah ditemukan.

Baca juga: Sejarah Tradisi Lilin Ulang Tahun, Berawal dari Ritual Sakral

Laporan Engelhard dikhawatirkan terjadi bias

Jembatan Glagah di Jalan Daendels Pantai Selatan, Kalurahan Glagah, Kapanewon Temon, dipasang water barrier dan bambu. Hal ini dilakukan setelah ditemukan penurunan lantai jembatan di bagian Barat.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Jembatan Glagah di Jalan Daendels Pantai Selatan, Kalurahan Glagah, Kapanewon Temon, dipasang water barrier dan bambu. Hal ini dilakukan setelah ditemukan penurunan lantai jembatan di bagian Barat.

Harto mengungkapkan isi laporan Engelhard yang dikirim kepada Raja Belanda Willem I, berikut isi laporan tersebut.

Halaman:


Terkini Lainnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau