KOMPAS.com - Sesar Lembang kembali menjadi pembicaraan publik setelah terjadinya sejumlah gempa bumi berkekuatan M 1,8 sampai M 2,3 yang mengguncang wilayah Pasirlangu, Cisarua, dan Bandung Barat belakangan ini.
Meski kekuatan gempa tidak begitu kuat, namun adanya aktivitas pada Sesar Lembang patut diwaspadai.
Kepala Pusat Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terkait tanda-tanda aktifnya Sesar Lembang.
"Para pakar yang selalu mengingatkan bahaya Sesar Lembang bukan tidak berdasar. Baik pakar geologi (tektonik), geodesi (dinamika kerak bumi), seismologi (gempa) mengamini itu semua," kata Daryono kepada Kompas.com, Selasa (19/8/2025).
Baca juga: BMKG Sebut Ada Peningkatan Aktivitas di Sesar Lembang sejak 24 Juli 2025
Selain itu, ia juga mengungkapkan terjadinya peningkatan aktivitas seismik pada segmen barat Sesar Lembang.
"Kami ingatkan segmen barat Sesar Lembang terjadi peningkatan aktivitas seismik," lanjut dia.
Ia menambahkan, aktifnya Sesar Lembang ini bisa kapan saja dan tidak bisa diprediksi.
Dikhawatirkan, aktifnya sesar ini menimbulkan gempa pembuka (fore shocks).
Lalu, bagaimana awal mula atau sejarah aktifnya Sesar Lembang?
Baca juga: Penyebab Gempa M 4,9 yang Guncang Sukabumi, Tak Terkait Sesar Lembang
Sesar Lembang atau Patahan Lembang merupakan sebuah sesar yang membentang sepanjang 29 kilometer dari Desa Ngamprah, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat hingga Palintang Pasirwangi, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung.
Sesar ini melewati Kota Cimahi, Kota Bandung, hingga Jatinangor Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Dilansir dari Kompas.com (23/11/2022), Sesar Lembang terbagi menjadi dua bagian, yakni segmen barat dan segmen timur.
Sehingga, apabila terjadi gempa, maka dampak yang ditimbulkan akan memiliki skala yang berbeda-beda.
Daryono mengatakan, Sesar Lembang terbentuk pada zaman kuarter pleistoisen, atau sekitar 500.000 tahun lalu.
Patahan itu terbentuk setelah gunung api raksasa Sunda meledak dan hanya menyisakan sedikit gunung parasitnya.