Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Sejarah Terbentuknya Sesar Lembang

Kompas.com - 19/08/2025, 18:45 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sesar Lembang kembali menjadi pembicaraan publik setelah terjadinya sejumlah gempa bumi berkekuatan M 1,8 sampai M 2,3 yang mengguncang wilayah Pasirlangu, Cisarua, dan Bandung Barat belakangan ini.

Meski kekuatan gempa tidak begitu kuat, namun adanya aktivitas pada Sesar Lembang patut diwaspadai.

Kepala Pusat Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terkait tanda-tanda aktifnya Sesar Lembang.

"Para pakar yang selalu mengingatkan bahaya Sesar Lembang bukan tidak berdasar. Baik pakar geologi (tektonik), geodesi (dinamika kerak bumi), seismologi (gempa) mengamini itu semua," kata Daryono kepada Kompas.com, Selasa (19/8/2025).

Baca juga: BMKG Sebut Ada Peningkatan Aktivitas di Sesar Lembang sejak 24 Juli 2025

Selain itu, ia juga mengungkapkan terjadinya peningkatan aktivitas seismik pada segmen barat Sesar Lembang.

"Kami ingatkan segmen barat Sesar Lembang terjadi peningkatan aktivitas seismik," lanjut dia.

Ia menambahkan, aktifnya Sesar Lembang ini bisa kapan saja dan tidak bisa diprediksi.

Dikhawatirkan, aktifnya sesar ini menimbulkan gempa pembuka (fore shocks).

Lalu, bagaimana awal mula atau sejarah aktifnya Sesar Lembang?

Baca juga: Penyebab Gempa M 4,9 yang Guncang Sukabumi, Tak Terkait Sesar Lembang

Sejarah Sesar Lembang

Sesar Lembang atau Patahan Lembang merupakan sebuah sesar yang membentang sepanjang 29 kilometer dari Desa Ngamprah, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat hingga Palintang Pasirwangi, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung.

Sesar ini melewati Kota Cimahi, Kota Bandung, hingga Jatinangor Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Dilansir dari Kompas.com (23/11/2022), Sesar Lembang terbagi menjadi dua bagian, yakni segmen barat dan segmen timur.

Sehingga, apabila terjadi gempa, maka dampak yang ditimbulkan akan memiliki skala yang berbeda-beda.

Daryono mengatakan, Sesar Lembang terbentuk pada zaman kuarter pleistoisen, atau sekitar 500.000 tahun lalu.

Patahan itu terbentuk setelah gunung api raksasa Sunda meledak dan hanya menyisakan sedikit gunung parasitnya.

Runtuhnya gunung api purba itu menimbulkan kekosongan penampung magmatis, sehingga batuan dari erupsi gunung api tersebut patah.

Patahannya pun memanjang dari timur ke barat.

Letak patahan timur mengalami penurunan lebih terlihat dibandingkan patahan di bagian barat.

Baca juga: Monyet Turun Gunung ke Permukiman di Dago Bandung, Benarkah Terkait Sesar Lembang?

Aktivitas Sesar Lembang

Dilansir dari situs resmi BMKG, laju pergeseran Sesar Lembang mencapai 5 mm per tahun.

BMKG memodelkan peta guncangan untuk skenario gempa M 6,8 dengan kedalaman 10 km di zona Sesar Lembang.

Hasilnya menunjukkan intensitas guncangan bisa mencapai skala VII–VIII MMI.

Pada level ini, bangunan berkonstruksi kuat berpotensi mengalami kerusakan ringan.

Dinding tembok dapat lepas dari rangka, monumen/menara roboh, dan air menjadi keruh.

Sementara untuk bangunan sederhana non struktural dapat terjadi kerusakan berat hingga dapat menyebabkan bangunan roboh.

Secara umum, skala intensitas VII-VIII MMI dapat mengakibatkan terjadinya goncangan sangat kuat dengan kerusakan sedang hingga berat.

Baca juga: Bukan Sesar Lembang, BMKG Ungkap Penyebab Gempa Sumedang M 4,8 yang Rusak Ribuan Rumah

BMKG pantau Sesar Lembang sejak 1963

Sementara itu, Daryono mengatakan bahwa pihaknya telah memantau aktivitas Sesar Lembang sejak 1 Januari 1963.

Tindakan pemantauan ini menggunakan alat Seismograph World Wide Standardized Seismograph Network (WWSSN) yang pertama kali dipasang di Lembang.

"Jenis seismograf ini adalah Benioff Short Period 3 Komponen dan Sprengneter Long Period 3 Komponen," kata Daryono.

Ia menambahkan, BMKG bisa memantau aktivitas Sesar Lembang dengan lebih baik sejak tahun 2008.

Sejak saat itu, BMKG mulai mengoperasikan jaringan pemantauan gempa digital dengan sensor berfrekuensi lebar.

Kemudian pada 2019, BMKG menambah 16 sensor seismik periode pendek yang dipasang lebih rapat untuk melengkapi 19 seismograf broadband yang sebelumnya sudah terpasang di Jawa Barat dan Banten.

Baca juga: Inilah yang Terjadi jika Sesar Lembang Alami Pergerakan

Gempa yang terjadi akibat Sesar Lembang

Ada sejumlah gempa, baik dengan skala kecil atau besar, yang diakibatkan oleh Sesar Lembang.

Berikut rincian tanggal dan kekuatan gempanya:

  • 31 Desember 2023, gempa bumi M 4,8 di Sumedang
  • 16 Juni 2024, gempa bumi M 3,5 di Bandung
  • 18 September 2024, gempa bumi M 4,9 di Pasirwangi
  • 24 Juli 2025, gempa bumi M 1,8 di Cianjur
  • 28 Juli 2025, gempa bumi M 2,1 di Cilegon
  • 14 Agustus 2025, gempa bumi M 1,9 di Bandung
  • 15 Agustus 2025, gempa bumi M 1,8 di Pasirlangu.

(Sumber: Kompas.com/Muhamad Syahrial)

Baca juga: Apa Itu Sesar Lembang yang Lokasinya Berdekatan dengan Sesar Cimandiri?

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Kata Media Asing soal Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru, Singgung MBG dan Perlambatan Ekonomi
Kata Media Asing soal Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru, Singgung MBG dan Perlambatan Ekonomi
Tren
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Kronologi Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Kerja Pejabat
Tren
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Tren
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau