Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jamu Bukan Sekadar Ramuan, Ini Manfaatnya untuk Sistem Pencernaan

Kompas.com - 26/05/2025, 05:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com – Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania, menegaskan pentingnya memahami jamu sebagai penyeimbang sistem tubuh, terutama sistem pencernaan.

“Jamu itu konsepnya balance and harmony. Ia membantu menyeimbangkan sistem tubuh dan menciptakan harmoni dengan lingkungan sekitar,” ujar Inggrid dalam acara peringatan Hari Jamu Nasional yang digelar secara daring, seperti dikutip dari Antara, Minggu (25/5/2025).

Menurut Inggrid, jamu bukan hanya sekadar ramuan, tetapi merupakan filosofi warisan leluhur yang menekankan keseimbangan antara tubuh manusia dan alam.

Baca juga: 7 Manfaat Minum Air Kunyit Setiap Pagi untuk Tubuh Sehat

Ia menjelaskan, sejumlah jenis jamu gendong tradisional Indonesia seperti kunyit asam, beras kencur, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, hingga sinom memiliki khasiat yang signifikan terhadap sistem pencernaan.

Kunyit asam, misalnya, dikenal membantu meredakan keluhan menjelang menstruasi.

Sementara itu, sinom dinilai efektif dalam meningkatkan fungsi pencernaan secara keseluruhan.

Adapun jamu pahitan diyakini mampu mengatasi keluhan seperti perut begah dan kurang nafsu makan.

Tak hanya tanaman obat, Inggrid juga menyoroti madu sebagai bahan alami berbasis hewani yang kaya manfaat bagi pencernaan.

“Madu sangat efektif bagi penderita gastritis, GERD, hingga tukak lambung,” jelasnya.

Ia menyebut madu memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, serta viskositas tinggi yang mampu melindungi mukosa lambung dan saluran cerna.

Kombinasi madu dan kunyit pun direkomendasikan sebagai solusi pencernaan alami yang terbukti secara ilmiah.

Senyawa kurkuminoid dalam kunyit, kata Inggrid, memiliki efek meredakan peradangan, memperbaiki sistem pencernaan, dan cocok dikonsumsi oleh berbagai tipe tubuh.

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Minum Air Kunyit? Berikut Penjelasannya…

Lebih lanjut, Inggrid mendorong pemanfaatan jamu yang telah diolah secara modern dan memiliki izin edar agar manfaatnya lebih luas dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

"Jamu termasuk herbal yang diteliti di banyak negara. Jadi evidence-nya itu pembuktiannya sudah kuat banget," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik (Deputi II) BPOM, Mohamad Kashuri, menegaskan pentingnya mengangkat jamu dari sekadar objek penelitian menjadi produk unggulan yang memiliki daya saing tinggi.

“Jamu tidak sekadar ramuan, tetapi juga cerminan budaya yang diwariskan turun-temurun. Kini, semakin banyak jurnal ilmiah dan seminar yang membahasnya sebagai potensi besar obat tradisional,” kata Mohamad Kashuri.

Menurutnya, jamu merupakan representasi dari kearifan lokal yang telah terbukti secara empiris dan terus dikaji secara ilmiah untuk dikembangkan lebih lanjut.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau