KOMPAS.com- Apa sebenarnya arti hidup yang makmur? Pertanyaan ini telah menjadi bahan renungan para filsuf sejak zaman kuno hingga kini. Di tengah perubahan zaman dan tantangan modern, pencarian akan rasa kebahagiaan dan kemakmuran masih menjadi pencarian utama banyak orang.
Namun, para ilmuwan kini sepakat bahwa kebahagiaan sejati tak hanya soal perasaan senang sesaat, melainkan tentang kondisi kesejahteraan yang utuh, melibatkan emosi positif, hubungan sosial yang sehat, rasa bermakna, dan pencapaian pribadi.
Konsep ini dikenal sebagai flourishing atau berkembang, yang berakar dari pemikiran eudaimonia Aristoteles, tetapi kini didekati secara ilmiah melalui studi kesejahteraan multidimensi.
Dalam pencarian global akan arti kemakmuran, para peneliti dari Studi Kemakmuran Global mencoba menggali pola kehidupan yang membuat seseorang merasa benar-benar hidup dan berkembang.
Baca juga: Kegiatan Malam Hari yang Bikin Bangun Pagi Bahagia
Hasil awal menunjukkan bahwa kemakmuran bukan hanya ditentukan oleh status ekonomi atau materi, tetapi juga oleh kualitas hubungan, keterlibatan dalam komunitas, rasa aman di lingkungan sekitar, dan akses terhadap pendidikan serta fasilitas publik.
Dengan kata lain, kesejahteraan seseorang tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial dan tempat tinggal mereka.
Yang menarik, studi ini juga menunjukkan bahwa individu memiliki peran aktif dalam membentuk kebahagiaannya. Membina hubungan yang bermakna, memperdalam makna hidup, dan terlibat dalam aktivitas yang memicu rasa syukur dan tujuan adalah beberapa cara nyata untuk memperkaya hidup.
Maka, pencarian akan rasa bahagia dan makmur bukanlah tujuan akhir yang statis, melainkan proses dinamis yang melibatkan diri kita sendiri, lingkungan sekitar, dan cara kita memaknainya.
Melalui studi Global Flourishing, sebuah survei internasional selama lima tahun yang melibatkan lebih dari 200.000 peserta dari 22 negara, termasuk Indonesia, para peneliti berusaha memahami makna kesejahteraan sejati.
Baca juga: Sendirian tak Selalu Kesepian, Ketahui Manfaat Punya Waktu Sendiri
Studi ini menggunakan sampel representatif nasional di masing-masing negara untuk menggali secara mendalam aspek-aspek kehidupan yang membuat seseorang benar-benar merasa berkembang.
Alih-alih melihat kemakmuran hanya dari sisi ekonomi, studi ini menyoroti enam dimensi utama kehidupan yang berkembang.
Mulai dari kebahagiaan dan kepuasan hidup, kesehatan fisik dan mental, hingga makna dan tujuan yang memberi arah dalam kehidupan.
Dimensi lainnya adalah karakter dan kebajikan, atau kemampuan seseorang untuk tetap bertindak benar bahkan di situasi sulit; hubungan sosial yang dekat, seperti kualitas pertemanan dan keluarga; serta stabilitas finansial dan material, yang mencakup rasa aman terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan uang.
Baca juga: Kenali Glass Child Effect di Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus
Berdasarkan studi tersebut, Indonesia menduduki peringkat tinggi dalam berbagai indikator kesejahteraan yang utuh. Orang Indonesia memiliki skor tinggi di banyak bidang, termasuk makna, tujuan, hubungan, dan karakter. Meksiko dan Filipina juga menunjukkan hasil yang kuat.
Meskipun negara-negara ini bukan termasuk negara maju daripada beberapa negara lain yang disurvei, tetapi orang-orangnya melaporkan ikatan keluarga yang kuat, kehidupan spiritual, dan dukungan masyarakat.