Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Kelahiran Terus Turun dan Dampaknya di Masa Depan

Kompas.com - 07/06/2025, 09:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber BBC

KOMPAS.com - Jumlah kelahiran di Jepang mencatat rekor terendah, yaitu hanya 686.061 bayi lahir pada 2024, turun sebanyak 5,7 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ini telah terjadi selama 16 tahun berturut?turut, dan saat ini tingkat kesuburan berada di angka 1,15 anak per wanita, jauh di bawah ambang stabilitas populasi sebesar 2,1

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menggambarkan situasi tersebut sebagai "darurat yang tidak terlihat".

Ia berjanji untuk mempromosikan lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan langkah-langkah lain yang akan membantu pasangan suami istri untuk menyeimbangkan pekerjaan dan pengasuhan anak, terutama di daerah pedesaan di mana nilai-nilai keluarga cenderung lebih konservatif dan lebih keras terhadap perempuan.

Para ahli mengatakan generasi muda Jepang semakin enggan menikah atau memiliki anak karena prospek pekerjaan yang suram, biaya hidup yang tinggi, dan budaya perusahaan yang bias gender yang menambah beban ekstra bagi perempuan dan ibu yang bekerja.

Baca juga: Susul China, Vietnam Cabut Aturan “2 Anak Cukup” Imbas Penurunan Angka Kelahiran

Populasi Jepang yang berjumlah sekitar 124 juta orang diproyeksikan akan turun menjadi 87 juta pada tahun 2070, dengan 40 persen populasi berusia di atas 65 tahun.

Jepang adalah salah satu dari sejumlah negara Asia Timur yang berjuang melawan angka kelahiran yang menurun dan populasi yang menua. Korea Selatan dan China, misalnya, telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mendorong keluarga memiliki lebih banyak anak.

Vietnam pun mencabut undang-undang yang telah berlaku selama puluhan tahun yang membatasi keluarga untuk memiliki dua anak sebagai upaya untuk membendung angka kelahiran yang menurun.

Memicu kekhawatiran

Penurunan angka kelahiran bukan hanya isu lokal, tetapi menjadi fenomena global yang memengaruhi struktur sosial, ekonomi, dan keberlanjutan negara. 

Baca juga: Semakin Merosot, Jepang Catat Angka Kelahiran Paling Rendah dalam 125 Tahun

Ilustrasi ibu bekerja setelah cuti melahirkanUnsplash Ilustrasi ibu bekerja setelah cuti melahirkan

Menurut pakar gerontologi, Prof. Sarah Harper dari Universitas Oxford, dua pertiga negara di dunia saat ini memiliki angka kelahiran di bawah tingkat penggantian, termasuk Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan.

Dampaknya sangat besar: berkurangnya jumlah tenaga kerja produktif, peningkatan jumlah lansia, penurunan produktivitas nasional, serta beban jaminan sosial yang meningkat tajam.

 Baca juga: Tanda-tanda Menua dengan Sehat, Lebih dari Sekadar Tes Fisik

Untuk mengatasi hal ini, para pakar menyarankan berbagai langkah strategis yang bisa diambil pemerintah.

1. Mempermudah perempuan untuk memiliki anak

Menurut Prof. Harper, salah satu kunci utama untuk meningkatkan angka kelahiran adalah membuat hidup lebih mudah bagi perempuan yang ingin memiliki anak. Hal ini mencakup menyediakan layanan pengasuhan anak yang terjangkau, dan cuti hamil yang diperpanjang dan dibayar penuh. 

"Selain itu, perusahaan dapat dipaksa untuk menawarkan jam kerja fleksibel bagi ibu dan ayah baru, dan menyediakan tempat penitipan anak di tempat kerja," katanya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau