KOMPAS.com - Angka kelahiran Jepang anjlok mencapai titik terendah dalam 125 tahun sejak pencatatan pertama kali.
Kementerian Kesehatan Jepang pada Kamis (27/2/2025) mengumumkan, total ada 720.988 kelahiran yang terdaftar pada 2024. Jumlah ini turun lima persen dari tahun sebelumnya.
Bahkan, angka kelahiran telah turun sembilan tahun berturut-turut, sebagaimana diberitakan The Independent, Kamis.
Penurunan kelahiran dari tahun ke tahun ini semakin memperjelas masalah lama Jepang, yakni berkurangnya populasi tidak sebanding dengan kelahiran sehingga berdampak serius terhadap ekonomi dan keamanan nasional.
Tahun lalu, negara ini mencatat rekor 1,6 juta kematian dan menyebabkan populasi menyusut hampir 900.000 orang, termasuk mereka yang bermigrasi ke luar Jepang.
Itu berarti, setiap bayi yang baru lahir menggantikan dua orang yang meninggal.
Baca juga: Angka Kesuburan di Korea Selatan Naik Kali Pertama dalam 9 Tahun
Baca juga: Dokter Jepang Beri Resep Shinrin-yoku agar Pasien Mandi Hutan, Apa Itu?
Menanggapi data tersebut, Perdana Menteri Shigeru Ishiba mengakui bahwa tren penurunan angka kelahiran belum membaik. Akan tetapi, dia tetap optimis karena jumlah pernikahan di Jepang mulai merangkak naik.
"Jumlah pernikahan mengalami peningkatan. Mengingat hubungan yang erat antara jumlah pernikahan dan jumlah kelahiran, kita harus fokus pada aspek ini juga," ujarnya.
Sebelumnya, demografi Jepang telah memicu kekhawatiran lantaran penduduknya mengalami penuaan paling cepat dengan hampir 30 persen di antaranya berusia di atas 65 tahun.
Para ahli menyalahkan lambatnya proses regenerasi disebabkan oleh jumlah pernikahan yang berkurang dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat pandemi Covid-19.
Bahkan, ekonom dari Japan Research Institute, Takumi Fujinami memprediksi ini akan berlanjut hingga tahun 2025.
Namun, jumlah pernikahan naik tipis 2,2 persen menjadi 499.999 pada tahun 2024 usai sempat menurun tajam, seperti pada 2020 yang anjlok hingga 12,7 persen.
Peningkatan ini dinilai berkat upaya pemerintah memperluas fasilitas penitipan anak, memberikan subsidi perumahan, serta meluncurkan aplikasi kencan yang dikelola pemerintah untuk mendorong pernikahan dan kelahiran anak.
Baca juga: Angka Kelahiran Terus Menurun, Pakar Perkirakan Jepang Hanya Miliki 1 Anak di Masa Depan
Data angka kelahiran terbaru Jepang ini bertolak belakang dengan Korea Selatan (Korsel) yang juga mengalami masalah demografi.
Namun, baru-baru ini, pemerintah Korsel mengumumkan peningkatan angka kesuburan (fertility rate) untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun terakhir.
Merujuk data yang dirilis Badan Statistik Korsel pada Rabu (26/2/2025), angka kesuburan, yang mengacu pada rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh perempuan selama masa reproduksi, mencapai sebesar 0,75 pada 2024, naik 0,03 dari tahun sebelumnya.
Para ahli percaya, perubahan positif ini adalah hasil dari dukungan pemerintah dalam pengasuhan anak dan perumahan, keseimbangan pekerjaan dan keluarga, serta kampanye ke perusahaan untuk mendorong pekerja memiliki anak.
Baca juga: Angka Kesuburan di Korea Selatan Naik Kali Pertama dalam 9 Tahun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.