JUBA, KOMPAS.com - Sedikitnya 58 orang, termasuk anak-anak, dilaporkan tewas dalam serangkaian serangan udara di Sudan Selatan yang terjadi pada Maret 2025.
Laporan Human Rights Watch (HRW) menyebutkan, pasukan pemerintah menggunakan senjata pembakar rakitan dalam sejumlah serangan yang menyasar kawasan sipil di Negara Bagian Upper Nile.
Dalam pernyataan yang dirilis pada Kamis (10/4/2025), HRW mengungkapkan bahwa serangan tersebut terjadi di daerah Nasir, Longechuk, dan Ulang.
Baca juga: AS Potong Dana USAID, Anak-anak Sudan Selatan Meninggal Saat Jalan ke Klinik
“Para narasumber menggambarkan penggunaan senjata pembakar rakitan dalam setidaknya empat serangan di daerah Nasir, Longechuk, dan Ulang, negara bagian Upper Nile, yang menewaskan sedikitnya 58 orang dan membakar yang lainnya dengan parah,” demikian isi laporan HRW.
HRW menilai penggunaan senjata pembakar di wilayah permukiman sipil dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang.
Lembaga tersebut mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera mengambil langkah tegas, termasuk menekan pemerintah Sudan Selatan agar menghentikan serangan yang melanggar hukum humaniter internasional.
“Penggunaan senjata-senjata ini oleh pemerintah di daerah berpenduduk dapat dianggap sebagai kejahatan perang,” tulis HRW dalam laporannya. HRW juga menyerukan penempatan pasukan penjaga perdamaian di wilayah terdampak.
Pemerintah Sudan Selatan hingga kini belum memberikan tanggapan resmi, meski telah dimintai konfirmasi oleh kantor berita AFP.
Menurut HRW, pada 16 -19 Maret 2025, serangan terjadi di desa Mathiang, Longechuk, dan menewaskan sedikitnya 21 orang. Dalam periode yang sama, Kota Nasir juga diserang.
“Dua pejabat mengatakan bahwa sedikitnya 22 orang tewas dan puluhan rumah terbakar,” tulis HRW.
Sementara itu, pada 21 Maret, serangan dilaporkan terjadi di daerah Kuich, Ulang. HRW menerima kesaksian dari warga yang menyebutkan adanya benda mirip pesawat berbaling-baling yang menjatuhkan bahan pembakar ke dalam tong.
“Serangan itu menewaskan 15 orang, termasuk tiga anak-anak,” ungkap empat saksi mata. Hingga 30 Maret, tujuh korban lainnya dilaporkan masih dalam kondisi kritis.
Seorang saksi menggambarkan kondisi korban yang mengalami luka bakar sangat parah.
“Kulit mereka yang hitam mulai terlihat. Seorang pria yang meninggal di rumah sakit mengalami luka bakar bahkan di giginya,” tutur saksi tersebut.
Baca juga: Militer Sudan Berhasil Rebut Ibu Kota, Sebut Perang Saudara Telah Selesai
Situasi di Upper Nile kian memanas seiring meningkatnya ketegangan antara faksi Presiden Salva Kiir dan pasukan loyalis Wakil Presiden Pertama Riek Machar.