TAIPEI, KOMPAS.com - Maskapai penerbangan Eva Air menghadapi gelombang kecaman publik di Taiwan, setelah ketahuan mengirim pesan teks kepada pramugari yang meninggal dunia.
Isi pesan itu meminta korban untuk segera menyerahkan dokumen cuti.
Insiden ini bermula dari wafatnya pramugari Eva Air bernama Sun (34), yang meninggal pada 8 Oktober 2025. Ia sebelumnya jatuh sakit saat menjalani penerbangan dari Milan, Italia, menuju Taoyuan, Taiwan, pada 24 September.
Baca juga: Pesawat AirAsia Salah Mendarat di Korsel, Pramugari Pun Tak Sadar
Setelah mendarat, Sun langsung dilarikan ke rumah sakit dan dirawat intensif di China Medical University Hospital, Taichung, hingga akhirnya mengembuskan napas terakhirnya.
Namun, beberapa hari setelah kabar duka tersebut, tepat di hari pemakamannya, pihak maskapai justru mengirimkan pesan ke ponsel Sun.
Pesan itu meminta agar dokumen pengajuan cuti segera diserahkan.
Menurut laporan Formosa News, isi pesan itu berbunyi desakan: “Harap segera kirimkan bukti cuti.”
Keluarga yang sedang berduka sontak terkejut sekaligus bingung menerima pesan tersebut.
Mereka kemudian membalasnya dengan mengirimkan file PDF berjudul Death Certificate (Sertifikat Kematian), yakni salinan sertifikat kematian Sun.
Dalam balasan itu, keluarga menambahkan komentar bernada sarkastik, “Saya sudah kirim dokumennya secepat yang diminta. Sekarang tidak ada yang perlu diburu-buru lagi.”
Ilustrasi pesawat EVA Air.Merespons kontroversi tersebut, pihak Eva Air menyampaikan permintaan maaf terbuka dan menyatakan rasa duka yang mendalam atas meninggalnya Sun.
“Kami telah menjalin kontak dengan keluarga Sun sejak dia dirawat di rumah sakit dan sangat berduka atas kepergiannya,” kata pihak maskapai dalam pernyataan kepada BBC.
Presiden Eva Air, Sun Chia-Ming, juga menyampaikan belasungkawa secara langsung.
“Kepergian Sun adalah luka yang akan selamanya tertinggal di hati kami,” ujarnya dalam konferensi pers.