Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munir Sara
Tenaga Ahli Anggota DPR RI

Menyelesaiakan Pendidikan S2 dengan konsentrasi kebijakan publik dan saat ini bekerja sebagai tenaga Ahli Anggota DPR RI Komisi XI

Kecemasan pada Rasio Utang Pemerintah

Kompas.com - 30/04/2025, 10:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KORAN Kompas menulis berita mencemaskan tentang rasio utang pemerintah terhadap PDB yang menanjak di atas 40 persen terhadap PDB. Artikel Kompas tersebut berjudul “Risiko Gali Lubang Tutup Lobang pada Kas Negara Meningkat".

Soal rasio utang terhadap PDB masih debatable. Apakah seharusnya rasio utang terhadap PDB atau penerimaan negara? 

PDB hanyalah modeling untuk menghitung total output ekonomi suatu negara. Sementara utang adalah kewajiban yang harus ditunaikan dengan uang (baik cash maupun non-cash).

Oleh sebab itu, rasio utang terhadap penerimaan negara lebih tepat digunakan untuk melihat kemampuan negara dalam membayar utangnya.

Dengan kata lain, pendapatan negara mencerminkan arus kas fiskal yang ada untuk membayar utang. Oleh karena itu, rasio ini memberikan gambaran yang lebih realistis mengenai kemampuan negara dalam memenuhi kewajiban utangnya tanpa tergantung pada fluktuasi ekonomi yang lebih besar seperti PDB.

Perdebatan lainnya adalah, apakah emerging countries seperti Indonesia, sudah tepat melihat amannya beban utang bila rasio utang terhadap PDB sebesar 60 persen?

Baca juga: Mencopot Wakil Presiden Gibran Rakabuming: Antara Mandat Rakyat vs Konsensus Elite

Sementara pendapat lain mengatakan, untuk negara emerging seperti Indonesia, ambang batas rasio utang terhadap PDB yang aman adalah 45 persen.

Dus, IMF dan Bank Dunia menggunakan Debt Sustainability Framework (DSF) untuk menilai risiko utang negara berkembang.

Dalam kerangka ini, rasio utang terhadap PDB sekitar 45 persen sering dijadikan acuan sebagai batas atas untuk menilai keberlanjutan utang, terutama untuk negara-negara berpendapatan rendah dan menengah seperti Indonesia.

Dalam menilai keberlanjutan fiskal (fiscal sustainability) suatu negara, penting untuk memperhatikan indikator debt-to-revenue ratio, khususnya debt-to-tax revenue ratio.

Saya memilih menyoroti rasio utang terhadap penerimaan pajak (tax revenue) karena pajak merupakan sumber utama dalam struktur penerimaan negara.

Dengan kata lain, kapasitas fiskal pemerintah dalam memenuhi kewajiban utangnya sangat bergantung pada efektivitas sistem perpajakan dan kemampuan negara dalam mengumpulkan pajak.

Dibandingkan dengan komponen penerimaan negara lainnya, seperti penerimaan negara bukan pajak (PNBP) atau hibah, penerimaan pajak cenderung bersifat lebih stabil dan mencerminkan kekuatan ekonomi domestik.

Oleh karena itu, debt-to-tax revenue ratio memberikan gambaran yang lebih representatif terhadap beban fiskal yang ditanggung negara dan risiko terhadap solvabilitas fiskal jangka menengah hingga panjang.

Dalam konteks ini, peningkatan rasio utang terhadap pajak dapat menjadi sinyal awal dari meningkatnya tekanan fiskal dan potensi kerentanan terhadap dinamika pembiayaan utang.

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau