FENOMENA membludaknya pencari kerja kembali menjadi sorotan publik di Indonesia. Baru-baru ini, ribuan pelamar kerja memadati lokasi job fair di Bekasi pada 27 Mei 2025.
Antrean panjang, desak-desakan, hingga kericuhan tidak dapat dihindari. Sejumlah peserta dilaporkan pingsan akibat kondisi yang tidak terkendali.
Peristiwa ini bukanlah insiden tunggal, melainkan bagian dari rangkaian panjang krisis ketenagakerjaan yang terus memburuk.
Kesulitan mencari kerja bukanlah gejala baru, tetapi penyakit kronis yang belum tertangani secara sistemik.
Setiap tahun, ribuan lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi berlomba-lomba mendapatkan pekerjaan, termasuk pekerjaan kasar sekalipun.
Persaingan kerja tidak hanya datang dari lulusan baru, tetapi juga dari gelombang pencari kerja dari tahun-tahun sebelumnya yang belum terserap, serta korban pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat dinamika ekonomi nasional dan global.
Baca juga: Awal Tenggelamnya Reformasi Birokrasi: Rusaknya Sistem Merit
Data pemantauan Migrant Watch mencatat bahwa sejak 2023 hingga Mei 2025, jumlah pencari kerja terus meningkat signifikan.
Di berbagai daerah seperti Nusa Tenggara Timur, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Sumatera, hingga Papua, antrean panjang pelamar kerja telah menjadi pemandangan umum.
Ini menggambarkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat kelas bawah yang semakin terdesak dan kehilangan harapan.
Setiap kali informasi lowongan kerja muncul, ribuan orang langsung memadati lokasi pendaftaran. Mereka datang dari desa-desa terpencil, berangkat sejak dini hari, bahkan rela menginap sehari sebelumnya demi mendapatkan nomor antrean.
Generasi muda pencari kerja kini tidak lagi malu untuk menyerbu lapangan pekerjaan, meskipun hanya di sektor informal dan bersifat pekerjaan kasar.
Salah satu potret nyata dari kenyataan pahit ini terjadi di Warung Seblak, usaha makanan tradisional di Ciamis, Jawa Barat, pada Mei 2024.
Ratusan anak muda dari generasi Z memadati lokasi untuk mengikuti sesi walk-in interview, padahal warung tersebut hanya membuka sekitar 20 posisi kerja. Antrean panjang terbentuk sejak pagi hari.
Lebih miris, pekerjaan yang ditawarkan hanya memberikan upah di bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) Ciamis, yakni sebesar Rp 2,1 juta. Tanpa jaminan sosial, tanpa kejelasan jenjang karier, dan tanpa kontrak kerja yang layak.
Namun, kondisi ini tidak menyurutkan semangat para pelamar. Antusiasme mereka menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan pekerjaan, bahkan dengan kondisi sangat tidak ideal.
Di Surabaya, Jawa Timur, ribuan pencari kerja mengantre di Balai Pemuda dalam acara Next Leader Expo pada 29 April 2024.
Di Jakarta, media sempat meliput antrean panjang pencari kerja di Job Fair tahun 2022 di Plaza Semanggi, dan kejadian serupa terulang kembali pada 2024 di Mall Thamrin Square, yang dikunjungi ribuan pencari kerja setiap harinya.
Di Sumatera Utara, ribuan pencari kerja menghadiri "Job Fair Sumut Hebat 2024" di Gedung Serbaguna Dispora. Tersedia 600 formasi, tetapi yang mendaftar mencapai 1.600 orang.
Di Sumatera Selatan, ribuan pencari kerja memadati bursa kerja di salah satu pusat perbelanjaan di Palembang, sebagaimana dilaporkan Kompas.id pada 8 Juni 2023.
Sebagian besar pencari kerja belum memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri. Dari total pencari kerja di Sumatera Selatan sekitar 60 persen diserap di sektor informal.
Fenomena serupa terjadi di Tangerang, Banten, pada Juli 2022. Ratusan pencari kerja terlihat mengantre sejak dini hari di depan pabrik di Jatiuwung yang hanya membuka lowongan untuk 400 orang.
Baca juga: Akankah Harga Emas Terus Naik?
Di Cianjur, Jawa Barat, antrean panjang terjadi di Kantor Pos pada 7 Februari 2024. Para pencari kerja mengantre sejak pukul 05.00 WIB untuk mengirimkan berkas lamaran.
Di Kalimantan Tengah, lebih dari seribu pelamar berebut 10 posisi honorer di Sekretariat Dewan Kota Palangka Raya, untuk jabatan satpam, sopir, dan tenaga administrasi. Meski hanya digaji Rp 1,3 juta—di bawah Upah Minimum Regional—peminatnya tetap membludak.
Sementara di Kalimantan Timur, lebih dari 30.000 orang mendaftar sebagai peserta seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2024 untuk memperebutkan 2.525 formasi. Karena membludaknya jumlah pelamar, pendaftaran CPNS akhirnya diperpanjang.
Di Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado menggelar bursa kerja pada 27 Juli 2024. Ribuan pencari kerja menyerbu setiap stan informasi lowongan. Kejadian serupa pernah terjadi pada 2019 dengan jumlah pelamar mencapai lebih dari 8.000 orang.