KOMPAS.com – Hotel Kartika Chandra menjadi salah satu bangunan ikonik di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Berdiri megah sejak era Orde Baru, hotel juga jadi saksi bisu sejarah perkembangan perhotelan nasional.
Hotel Kartika Chandra didirikan pada tahun 1970-an atas inisiatif Yayasan Dharma Putra Kostrad, sebuah yayasan militer yang berada di bawah Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Kala itu, pembangunan hotel ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan fasilitas akomodasi bertaraf internasional yang mampu menampung tamu-tamu penting, baik dari dalam maupun luar negeri.
Hotel Kartika Chandra diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1974. Kala itu, kehadiran hotel ini disebut-sebut sebagai wujud nyata dari kerja sama antara yayasan militer dan swasta untuk pembangunan ekonomi.
Baca juga: Siapa Pemilik Hotel Lorin?
Mengutip akun Instagram resmi Arsip Nasional Indonesia (ANRI), pemilik Hotel Kartika Chandra adalah PT Hotel Kartika Chandra yang saham-sahamnya dimiliki Yayasan Purna Bhakti Pertiwi, PT Cahaya Perkasa, dan PT Bersama Sakti.
Untuk diketahui saja, Yayasan Purna Bhakti Pertiwi merupakan yayasan yang didirikan mendiang Tien Soeharto, istri presiden kedua RI Soeharto.
Saat ini, yayasan tersebut dipimpin oleh Siti Hardianti Hastuti Rukmana (Tutut) sebagai Ketua Umum, Bambang Trihatmojo sebagai Sekretaris Umum, dan Siti Hediati Hariyadi (Titiek) sebagai Bendahara Umum.
Dalam dokumen ANRI, disebutkan, Hotel Kartika Chandra merupakan hasil usaha Persit Kartika Chandrakirana dalam upaya mengisi pembangunan Indonesia yang berlangsung di era Orde Baru.
Presiden Soeharto kala itu, menyebut bahwa pembangunan gedung Hotel Kartika Chandar dan fasilitas gedung bioskop teaternya ini merupakan sumbangan Kaum Ibu bagi kemajuan Bangsa Indonesia.
Baca juga: Sosok Konglomerat Pemilik Hotel Padma
Sementara mengutip arsip Harian Kompas, Hotel Kartika Chandra dibangun atas inisiatif Tien Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Ketua Persatuan Istri Tentara (Persit) Kartika Chandra Kirana.
Persit Kartika Chandra Kirana lalu membentuk sebuah yayasan baru, yaitu Yayasan Kartika Jaya. Yayasan itulah yang menjadi pelaksana pembangunan hotel itu bersama Yayasan Purna Bhakti Pertiwi yang juga dipimpin Tien Soeharto serta dua perusahaan lain.
Menurut Tien Soeharto, Rp 350 juta dihabiskan untuk membangun hotel itu, Rp 150 juta berasal dari sumbangan berbagai pihak dan Rp 200 juta kredit bank. Hotel ini awalnya hanya memiliki 30 kamar, serta bioskop di sisi kanannya.
Lihat postingan ini di Instagram
Baca juga: Siapa Pemilik Hotel Aston di Indonesia?
Artikel ini juga bersumber dari Arsip Harian Kompas berjudul "Hotel Rasa Jawa dari Era Orde Baru" dan "Hotel Megah Hasil Jerih Payah Kaum Ibu".
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang