JAKARTA, KOMPAS.com – Lahan bekas tambang batu bara di Desa Jonggon Jaya, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, menjadi lokasi studi lapangan penerapan ekonomi sirkular dalam kunjungan delegasi internasional International Climate Initiative – Just Energy Transition (IKI–JET).
Kawasan pascatambang yang dikelola oleh PT Multi Harapan Utama (MHU), bagian dari MMS Group Indonesia (MMSGI), dikunjungi oleh lebih dari 40 peserta dari sembilan negara, termasuk Chile, Kolombia, Mongolia, dan Afrika Selatan.
“Transisi energi yang adil bukan hanya tentang beralih dari energi fosil ke energi baru, tetapi juga tentang memberdayakan masyarakat. Keberhasilan transisi diukur dari seberapa banyak kehidupan yang bisa dibangun kembali dalam prosesnya,” kata Aris Subagyo, Kepala Teknik Tambang MHU dalam siaran pers, Selasa (20/10/2025).
Baca juga: Budidaya Serai Wangi Manfaatkan Lahan Bekas Tambang
Ilustrasi tambang.Kegiatan ini merupakan bagian dari Capacity Development Program for Coal Regions in Transition yang diinisiasi oleh GIZ (Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit).
Fokus utama kunjungan adalah melihat langsung bagaimana lahan bekas tambang direklamasi dan dimanfaatkan kembali sebagai area produksi dan pelatihan berbasis prinsip ekonomi sirkular.
Salah satu praktik ekonomi sirkular yang ditunjukkan adalah produksi pupuk organik “Biomasta” dari limbah kotoran sapi yang dikembangkan di Jayatama Miniranch.
Pupuk ini kemudian digunakan untuk budidaya sereh wangi di lahan bekas tambang yang sebelumnya tidak produktif.
Baca juga: Kementan Dorong Alih Fungsi Lahan Bekas Tambang Menjadi Area Pertanian
Proyek ini merupakan kolaborasi antara MHU, PT Bramasta Sakti, dan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Politani).
Kajian dampak terhadap produktivitas tanah masih berlangsung, tetapi inisiatif ini menjadi contoh penerapan rantai pasok tertutup di kawasan pascatambang.