JAKARTA, KOMPAS.com — Sokbreker belakang motor yang mati atau rusak, seringkali tidak disadari pemiliknya.
Kondisi ini bisa membuat motor terasa tidak stabil dan berisiko mempercepat kerusakan komponen kaki-kaki, terutama saat melintas di jalan bergelombang atau membawa beban berat.
Menurut Iang, pemilik bengkel suspensi di Cipondoh, Tangerang, sokbreker belakang yang mati bisa menimbulkan banyak risiko. Dari motor terasa tidak stabil hingga mempercepat keausan komponen kaki-kaki lainnya.
Baca juga: Hasil Klasemen Sprint Race MotoGP Ceko 2025: Marc Marquez Memimpin
“Kalau sokbreker belakang sudah mati, motor jadi gampang mental-mental kalau kena polisi tidur atau jalan jelek. Selain bikin nggak nyaman, efek jangka panjangnya bisa bikin komponen lain seperti bushing, arm, bahkan pelek jadi cepat rusak,” kata Iang kepada Kompas.com, Sabtu (19/7/2025).
Iang menambahkan, sokbreker yang sudah tidak berfungsi optimal juga membuat daya cengkeram ban berkurang, sehingga berbahaya saat melibas tikungan atau jalan licin. Motor bisa terasa limbung dan kehilangan traksi.
Pengerjaan suspensi motorSelain itu, pengendara juga berisiko cepat lelah karena getaran dari jalan tidak teredam dengan baik. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa memicu kecelakaan, terutama saat berkendara dalam kecepatan tinggi.
“Makanya kalau sudah terasa motor belakangnya sering jedag-jedug, itu tanda sokbreker harus dicek atau diganti. Jangan tunggu sampai benar-benar parah,” ujar Iang.
Baca juga: Hasil Sprint Race MotoGP Ceko 2025, Marc Marquez Menang
Disarankan untuk rutin mengecek kondisi suspensi minimal setiap 10.000 km atau saat motor mulai terasa tidak nyaman, agar performa kendaraan tetap aman dan nyaman digunakan sehari-hari.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang