SURABAYA, KOMPAS.com - Hari Raya Idul Adha identik dengan melimpahnya sajian daging, seperti daging sapi dan kambing.
Momen ini sering dijadikan ajang untuk menyantap hidangan berbahan dasar daging dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya.
Namun, dengan melimpahnya persediaan daging, terdapat potensi pencemaran lingkungan yang perlu diperhatikan, yang dapat menjadi penyebab penyakit.
Pakar Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, Prof Dr Ririh Yudhastuti drh MSc, menuturkan bahwa potensi pencemaran lingkungan dapat terjadi sejak hewan kurban masih hidup.
Baca juga: Pemkab Lumajang Bagikan Besek Gratis untuk Wadah Daging Kurban
Kotoran dan sisa pakan dari hewan yang ditampung di pasar atau lapangan terbuka dapat menimbulkan bau tak sedap dan menyebarkan penyakit seperti cacingan maupun infeksi parasit.
Maka dari itu, Ririh menyarankan agar peternak atau penjual hewan kurban lebih memperhatikan kebersihan kandang dan pakan hewan.
“Lokasi penampungan hewan sebaiknya rutin dibersihkan. Sisa pakan dan kotoran harus segera dibersihkan agar tidak menjadi sumber penyakit atau gangguan pernapasan,” kata Ririh dalam siaran pers, Kamis (5/6/2025).
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya memberikan waktu istirahat minimal dua hari sebelum penyembelihan hewan kurban.
“Tujuannya agar hewan tidak stres dan menghasilkan daging yang lebih baik,” ujarnya.
Selama proses penyembelihan, limbah organik seperti darah, usus, dan bagian tubuh yang tidak dikonsumsi harus ditimbun di lubang tanah khusus yang ditaburi kapur untuk mengurangi bau dan mencegah penyebaran penyakit oleh lalat.
Baca juga: 7 Aneka Olahan Daging Kurban Tanpa Santan, Ide Kuliner Hari Raya Idul Adha
“Jika limbah tidak dikelola dengan baik, maka bisa menimbulkan bau busuk, mencemari air tanah, dan mengundang hama seperti lalat dan tikus,” tuturnya.
Setelah proses penyembelihan selesai, area pemotongan harus segera disemprot dengan antiseptik untuk mencegah penyebaran penyakit saluran cerna seperti diare atau tifus akibat infestasi musca domestica.
Ririh juga menekankan bahwa kebersihan diri dari panitia kurban dan para jagal harus diperhatikan selama proses pemotongan hewan.
“Segera mandi dan cuci tangan dengan sabun setelah proses pemotongan untuk mencegah penularan penyakit,” imbaunya.
Kulit hewan yang tidak segera diolah juga dapat menjadi sumber pencemaran.