Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
WT. Daniealdi
Dosen UNIKOM Bandung

Pemerhati masalah politik, pertahanan-keamanan, dan hubungan internasional. Dosen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Bandung.

Waspadai Tensi Nuklir Dunia

Kompas.com - 20/10/2024, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA Maret lalu, Presiden Joe Biden menandatangani rencana strategis nuklir baru Amerika Serikat (AS), yang menekankan pada peningkatan kemampuan nuklir China dan kemungkinan serangan bersama dengan Rusia dan Korea Utara.

Langkah ini mencerminkan dinamika geopolitik yang semakin kompleks dan memperlihatkan kekhawatiran AS atas pergeseran kekuatan global.

Dalam konteks ini, pertanyaannya adalah bagaimana Indonesia, sebagai salah satu negara di Asia Tenggara, seharusnya merespons perkembangan ini?

Sejarah penggunaan senjata nuklir dalam konflik global dimulai oleh AS pada Perang Dunia II, ketika dua bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.

Tragedi ini membuka era baru dalam hubungan internasional, di mana kekuatan nuklir menjadi instrumen penting dalam politik global.

Setelahnya, perlombaan senjata nuklir antara Blok Barat yang dipimpin AS dan Blok Timur di bawah Uni Soviet semakin intensif.

Perlombaan ini tidak hanya berkisar pada kuantitas senjata, tetapi juga kecanggihan teknologi yang digunakan.

Bagi banyak negara, kepemilikan senjata nuklir memberikan jaminan keamanan yang unik, mengingat potensi kehancuran yang ditimbulkan oleh senjata ini mampu menahan lawan untuk melakukan serangan terlebih dahulu.

Dalam sejarahnya, China memang telah lama berada di posisi yang lebih lemah dalam perlombaan senjata nuklir, terutama dibandingkan dengan AS dan Rusia.

Namun, di bawah kepemimpinan Xi Jinping, China telah melakukan ekspansi besar-besaran dalam pengembangan senjata nuklir.

Jumlah hulu ledak nuklir China diproyeksikan akan mencapai 1.500 pada tahun 2030, hampir setara dengan AS dan Rusia. Lonjakan ini mengubah perimbangan kekuatan di Asia dan menimbulkan kekhawatiran global.

Dalam analisis geopolitik dan neo-realis, perkembangan ini dapat dilihat melalui konsep balance of power (keseimbangan kekuatan) dan security dilemma (dilema keamanan).

Konsep balance of power menekankan bahwa keseimbangan kekuatan antar-negara akan mencegah dominasi salah satu pihak dan menjaga stabilitas internasional.

Peningkatan kekuatan nuklir China berpotensi mengganggu keseimbangan kekuatan di kawasan Asia-Pasifik, terutama mengingat hubungan erat China dengan Rusia dan Korea Utara.

Sementara itu, security dilemma menjelaskan bahwa upaya suatu negara untuk meningkatkan keamanannya justru dapat menimbulkan rasa tidak aman di pihak lain, yang kemudian merespons dengan meningkatkan kekuatan militernya. Inilah yang terjadi antara AS dan China.

Halaman:

Terkini Lainnya
Ada Apa di Los Angeles? Penggerebekan Imigran Berujung Ricuh
Ada Apa di Los Angeles? Penggerebekan Imigran Berujung Ricuh
Global
Gempa di Kolombia M 6,3 Bikin Warga Bogota Berhamburan ke Jalan
Gempa di Kolombia M 6,3 Bikin Warga Bogota Berhamburan ke Jalan
Global
Iran Klaim Dapatkan Ribuan Dokumen Intelijen Israel soal Nuklir dan Pertahanan
Iran Klaim Dapatkan Ribuan Dokumen Intelijen Israel soal Nuklir dan Pertahanan
Global
Ketegangan di Los Angeles, Trump Kerahkan 2.000 Garda Nasional
Ketegangan di Los Angeles, Trump Kerahkan 2.000 Garda Nasional
Global
Nenek Usia 88 di AS Akhirnya Raih Ijazah Universitas yang Tertunda Selama 60 Tahun
Nenek Usia 88 di AS Akhirnya Raih Ijazah Universitas yang Tertunda Selama 60 Tahun
Global
Rusia Bakal Serang Wilayah Industri di Ukraina untuk Pertama Kalinya
Rusia Bakal Serang Wilayah Industri di Ukraina untuk Pertama Kalinya
Global
Kronologi Penembakan Miguel Uribe, dari Aksi Kampanye hingga Penangkapan Pelaku
Kronologi Penembakan Miguel Uribe, dari Aksi Kampanye hingga Penangkapan Pelaku
Global
Kolombia Buru Dalang Penembakan Miguel Uribe, Ada Hadiah Rp 11,8 Miliar
Kolombia Buru Dalang Penembakan Miguel Uribe, Ada Hadiah Rp 11,8 Miliar
Global
Ibu Miguel Uribe Pernah Jadi Korban Kartel Narkoba Kolombia
Ibu Miguel Uribe Pernah Jadi Korban Kartel Narkoba Kolombia
Global
Kapal yang Bawa Greta Thunberg ke Gaza Hampir Tiba, Israel Siap Mencegat
Kapal yang Bawa Greta Thunberg ke Gaza Hampir Tiba, Israel Siap Mencegat
Global
Capres Kolombia Ditembak Saat Kampanye Kini Kritis, Pelaku Diduga di Bawah Umur
Capres Kolombia Ditembak Saat Kampanye Kini Kritis, Pelaku Diduga di Bawah Umur
Global
Rela Digigit Ular 200 Kali untuk Perkuat Antibodi, Pria Ini Jadi 'Pahlawan'
Rela Digigit Ular 200 Kali untuk Perkuat Antibodi, Pria Ini Jadi "Pahlawan"
Global
Anaknya Pamer Hidup Mewah, PM Mongolia Mundur dari Jabatan
Anaknya Pamer Hidup Mewah, PM Mongolia Mundur dari Jabatan
Global
Minim Penduduk, Kota di Jerman Tawarkan Penginapan Gratis untuk Gaet warga Baru
Minim Penduduk, Kota di Jerman Tawarkan Penginapan Gratis untuk Gaet warga Baru
Global
Elon Musk Setuju Trump Dimakzulkan, Usulkan JD Vance Jadi Pengganti
Elon Musk Setuju Trump Dimakzulkan, Usulkan JD Vance Jadi Pengganti
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau