WASHINGTON, KOMPAS.com – Seorang pria asal Amerika Serikat, Tim Friede, yang rela disengat ular berbisa ratusan kali demi membangun kekebalan tubuh, kini menjadi harapan dunia untuk terciptanya antiracun universal.
Sejak awal 2000-an hingga 2018, pria yang bukan ilmuwan maupun dokter ini, membiarkan dirinya digigit ular lebih dari 200 kali, dan menyuntikkan bisa ular ke tubuhnya sebanyak 650 kali.
“Saya tahu persis rasanya sekarat karena gigitan ular,” ujar Friede kepada AFP.
Baca juga: Terbang Lintas Negara, Pria Ini Bawa 44 Ular Berbisa Indonesia di Pesawat
Pernyataan itu bukan bualan. Setelah disengat dua ular berbisa, ia sempat koma selama empat hari.
Alih-alih jera, pengalaman mendekati maut itu justru mendorongnya melanjutkan eksperimen ekstrem demi mencapai kekebalan total terhadap racun ular.
Meski demikian, motivasi Friede tak sekadar membuktikan daya tahan tubuhnya.
Ia percaya bahwa tubuhnya yang “terlatih” menoleransi berbagai jenis bisa bisa membuka jalan menuju antiracun yang lebih efektif.
“Saya pikir, kalau mereka bisa buat antiracun dari kuda, kenapa saya tidak bisa jadi versi manusianya?” kata Friede, mengacu pada metode lama pembuatan antiracun, dengan menyuntikkan racun ular ke tubuh kuda untuk menghasilkan antibodi.
Namun, upaya Friede bertahun-tahun kerap dianggap tak ilmiah dan bahkan berbahaya. Butuh waktu hingga 2017 bagi seorang ilmuwan untuk menanggapi serius kegilaannya tersebut.
Jacob Glanville, ahli imunologi asal AS yang sebelumnya mengembangkan vaksin universal, adalah sosok pertama yang membuka pintu kolaborasi dengan Friede.
Baca juga: Saat Pengemudi Mobil Tiba-tiba Temukan Ular Harimau yang Mematikan di Kakinya...
Glanville mengaku sedang mencari peneliti ular amatir yang mungkin tak sengaja beberapa kali tergigit. Ia lalu menemukan video Friede diserang ular secara beruntun.
Saat mereka akhirnya berbicara, Glanville mengatakan, “Saya tahu ini terdengar aneh, tapi saya ingin mengambil sampel darah Anda.”
Friede hanya menjawab, “Saya sudah menunggu telepon ini sejak lama.”
Hasilnya, dua antibodi dari darah Friede kini menjadi komponen utama dalam antiracun eksperimental yang baru dipublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi Cell.
Dalam uji coba pada tikus, kombinasi antibodi tersebut bersama obat bernama varespladib mampu memberikan perlindungan penuh dari 13 dari 19 spesies ular berbisa yang diuji. Sisanya menunjukkan perlindungan parsial.
Menurut Glanville, target akhirnya adalah membuat antiracun universal yang bisa disuntikkan seperti EpiPen, dengan kemungkinan produksi massal di India agar biayanya tetap rendah.
Kini, Friede bekerja di perusahaan Glanville, Centivax, dan berhenti menyuntikkan bisa sejak 2018 demi alasan hukum perusahaan. Meski begitu, ia mengaku rindu dengan ritual ekstremnya.
Baca juga: Beli Es Krim, Pria Ini Malah Temukan Ular Beku
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.