GAZA, KOMPAS.com – Kapal Madleen milik Freedom Flotilla Coalition, yang tengah berlayar menuju Gaza dengan membawa bantuan kemanusiaan dan 12 aktivis dari seluruh dunia termasuk Greta Thunberg, kini telah berada 306 kilometer dari Gaza.
“Kami hanya 12 orang di sini. Kami membawa semua bantuan yang kami bisa. Kami membawa makanan, obat-obatan, kruk. Kami membawa prostetik untuk anak-anak yang diamputasi. Kami membawa filter air dan segala hal lain yang kami bisa, tetapi, tentu saja, itu hanyalah setetes air di lautan untuk kebutuhan Gaza,” kata Thiago Avila, seorang jurnalis sekaligus aktivis asal Brasil.
Merespons hal tersebut, Angkatan Laut Israel bersiap mencegatnya jika kapal itu memasuki perairan teritorial Israel.
Baca juga: Israel Serang Gaza pada Hari Kedua Idul Adha, 17 Warga Palestina Tewas
Opsi yang dipertimbangkan termasuk menarik Madleen ke pelabuhan Ashdod atau membiarkannya mengapung di laut.
Baik Perancis maupun Inggris dikabarkan memantau situasi dengan cermat. Seorang diplomat Perancis mengatakan kepada Channel 12 bahwa pemerintahnya siap membantu warga Perancis yang berada di kapal jika diperlukan.
Sementara pejabat Inggris dilaporkan awalnya tidak mengetahui bahwa Madleen berlayar dengan bendera Inggris.
Meski begitu, Inggris menolak permintaan Israel untuk mencabut izin penggunaan bendera tersebut.
“Kami meminta Israel memastikan keselamatan kapal dan seluruh awaknya,” kata pejabat Inggris sebagaimana dikutip Channel 12.
Ketegangan diplomatik ini terjadi di tengah meningkatnya kritik dari Perancis dan Inggris terhadap operasi militer Israel di Gaza dan situasi kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut.
Sementara itu, misi Freedom Flotilla kali ini mengingatkan pada insiden mematikan pada 2010, ketika kapal Mavi Marmara dicegat oleh pasukan komando Israel.
Sepuluh aktivis asal Turki tewas, dan sepuluh tentara Israel terluka dalam konfrontasi tersebut.
Baca juga: Tentara Israel Paksa RS Indonesia di Gaza Dikosongkan
Sebelumnya, misi serupa yang membawa bendera Palau juga mengalami insiden serius.
Aktivis menuduh Israel melakukan serangan drone terhadap kapal mereka di lepas pantai Malta, tepat sebelum Greta Thunberg dijadwalkan naik.
Kapal itu akhirnya ditinggalkan dan ditolak berlabuh di sejumlah negara sebelum Malta menawarkan bantuan perbaikan.
Diketahui, aksi Thunberg dan sejumlah aktivis lain ini ditengarai oleh keputusan Israel untuk membatasi aliran bantuan kemanusiaan, dengan tudingan bahwa Hamas menimbun bantuan tersebut.
Sebagai respons, sebuah badan bantuan yang didukung AS dan Israel mulai beroperasi di Gaza pekan lalu.
Namun, lembaga ini dituduh oleh organisasi kemanusiaan lain sebagai sesuatu membahayakan warga sipil.
Pasalnya, puluhan orang dilaporkan tewas saat mencoba mengakses bantuan tersebut.
Baca juga: Tentara Israel Tembaki Warga Gaza yang Menunggu Bantuan Pangan, 27 Tewas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.