Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hamid Awaludin

Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia dan Belarusia.

Dunia di Bawah Kepemimpinan Donald Trump

Kompas.com - 25/11/2024, 05:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AMERIKA memang belum ditakdirkan memiliki presiden wanita, kendati negeri ini selalu memaklumatkan diri sebagai bangsa yang menganut dan menjunjung tinggi kesetaraan gender.

Kemenangan Donald Trump baru-baru ini, merontokkan dua wanita calon presiden dari Partai Demokrat, yakni Hillary Clinton pada 2016 dan Kamala Harris pada 2024.

Salah satu faktor kekalahan Kamala Harris adalah keterlambatannya memaklumkan diri bahwa ia ingin jadi presiden.

Sementara Donald Trump sudah jauh lebih dulu bergerak. Kamala Harris kalah start karena Joe Biden terlambat menyatakan dirinya tidak ikut kontestasi.

Kini, dunia menanti gebrakan apa yang dilakukan oleh Trump yang bisa memengaruhi konstelasi dunia.

Maklum, negeri adidaya, Amerika Serikat, sejak Perang Dunia II usai, selalu berpretensi sebagai kekuatan pengatur dunia.

Malah, setelah perang dingin berakhir pada 1991, negeri Paman Sam ini mengklaim dirinya sebagai hegemonic power. Joseph Nye menyebutnya sebagai bound to lead.

Ada yang menganalisis bahwa nasib Timur Tengah di bawah kepemimpinan Trump kelak, kian kelam. Terutama dengan kejadian di Gaza sekarang.

Negara-negara Arab kian tertindas dan didekte oleh Israel karena kata mereka, Trump selalu memihak dan mengikuti keinginan Israel.

Asumsi ini diperkuat dengan fakta bahwa Donald Trump adalah Presiden Amerika Serikat yang memindahkan Kedutaan Besar Amerika dari Tel Aviv ke Jerusalem, kota yang selalu diklaim oleh Palestina dan Israel sebagai milik mereka. Kota yang selalu menjadi sumber dan sumbu konflik.

Namun, ada juga yang berpikir sebaliknya. Kelompok ini beranggapan bahwa Trump akan berlaku keras kepada Israel dan berikhtiar mencari solusi damai di Timur Tengah sekarang ini.

Pihak ini mengajukan dua alasan utama. Pertama, sejumlah kelompok dan organisasi Islam menjadi pendukung Donald Trump dalam pemilihan presiden lalu. Politik balas budi akan berlaku di sini.

Kedua, pada Agustus 2020 lalu, Donald Trump berhasil mensponsori "Abraham Accord" (Perjanjian Abraham) antara Israel dengan Maroko, Sudan, Bahrain, dan United Arab Emirate.

Perjanjian ini merupakan perjanjian damai antara Israel dengan negara-negara tersebut. Maka, kata kelompok ini, tidak mungkin Trump merusak reputasinya dengan cara berseberangan dengan negara-negara Arab dan memihak kepada Israel.

Posisi saya sangat jelas. Sama dengan sejumlah presiden pendahulunya, Trump tetap akan memihak, malah bersekutu erat dengan Israel, termasuk dalam perang Gaza sekarang ini.

Halaman:

Terkini Lainnya
Ada Apa di Los Angeles? Penggerebekan Imigran Berujung Ricuh
Ada Apa di Los Angeles? Penggerebekan Imigran Berujung Ricuh
Global
Gempa di Kolombia M 6,3 Bikin Warga Bogota Berhamburan ke Jalan
Gempa di Kolombia M 6,3 Bikin Warga Bogota Berhamburan ke Jalan
Global
Iran Klaim Dapatkan Ribuan Dokumen Intelijen Israel soal Nuklir dan Pertahanan
Iran Klaim Dapatkan Ribuan Dokumen Intelijen Israel soal Nuklir dan Pertahanan
Global
Ketegangan di Los Angeles, Trump Kerahkan 2.000 Garda Nasional
Ketegangan di Los Angeles, Trump Kerahkan 2.000 Garda Nasional
Global
Nenek Usia 88 di AS Akhirnya Raih Ijazah Universitas yang Tertunda Selama 60 Tahun
Nenek Usia 88 di AS Akhirnya Raih Ijazah Universitas yang Tertunda Selama 60 Tahun
Global
Rusia Bakal Serang Wilayah Industri di Ukraina untuk Pertama Kalinya
Rusia Bakal Serang Wilayah Industri di Ukraina untuk Pertama Kalinya
Global
Kronologi Penembakan Miguel Uribe, dari Aksi Kampanye hingga Penangkapan Pelaku
Kronologi Penembakan Miguel Uribe, dari Aksi Kampanye hingga Penangkapan Pelaku
Global
Kolombia Buru Dalang Penembakan Miguel Uribe, Ada Hadiah Rp 11,8 Miliar
Kolombia Buru Dalang Penembakan Miguel Uribe, Ada Hadiah Rp 11,8 Miliar
Global
Ibu Miguel Uribe Pernah Jadi Korban Kartel Narkoba Kolombia
Ibu Miguel Uribe Pernah Jadi Korban Kartel Narkoba Kolombia
Global
Kapal yang Bawa Greta Thunberg ke Gaza Hampir Tiba, Israel Siap Mencegat
Kapal yang Bawa Greta Thunberg ke Gaza Hampir Tiba, Israel Siap Mencegat
Global
Capres Kolombia Ditembak Saat Kampanye Kini Kritis, Pelaku Diduga di Bawah Umur
Capres Kolombia Ditembak Saat Kampanye Kini Kritis, Pelaku Diduga di Bawah Umur
Global
Rela Digigit Ular 200 Kali untuk Perkuat Antibodi, Pria Ini Jadi 'Pahlawan'
Rela Digigit Ular 200 Kali untuk Perkuat Antibodi, Pria Ini Jadi "Pahlawan"
Global
Anaknya Pamer Hidup Mewah, PM Mongolia Mundur dari Jabatan
Anaknya Pamer Hidup Mewah, PM Mongolia Mundur dari Jabatan
Global
Minim Penduduk, Kota di Jerman Tawarkan Penginapan Gratis untuk Gaet warga Baru
Minim Penduduk, Kota di Jerman Tawarkan Penginapan Gratis untuk Gaet warga Baru
Global
Elon Musk Setuju Trump Dimakzulkan, Usulkan JD Vance Jadi Pengganti
Elon Musk Setuju Trump Dimakzulkan, Usulkan JD Vance Jadi Pengganti
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau